Perkembangan budidaya ikan hias di Indonesia makin lama makin
menggembirakan dan berkembang sangat pesat. Namun pada prakteknya banyak
sekali faktor‑faktor yang dihadapi, salah satu faktor tersebut adalah
masalah penyakit ikan.
Penyakit ikan biasanya timbul
berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan oleh beberapa
faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan yang diberikan,
dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padat penebaran ikan
yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan misalnya
kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang tepat
baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan
akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang
oleh penyakit (Snieszko, 1973 ; Sarig, 1971).
Wabah
penyakit ikan yang pertama di Indonesia terjadi pada tahun 1932
(Sachlan, 1952) yaitu ketika parasit Ichthyophthirius multifiliis
menyebabkan banyak kematian pada ikan tawes (Puntius gonionotus).
Kemudian pada tahun 1970 kasus wabah penyakit ikan yang disebabkan oleh
Lernaea cyprinacea yang banyak menimbulkan kerugian pada produksi
benih ikan mas. Pada tahun 1980 sampai 1983 dunia perikanan di
Indonesia telah dirugikan dengan adanya wabah penyakit bakterial yang
kemudian terkenal dengan penyakit merah yang banyak menimbulkan
kerugian pada budidaya ikan mas dan lele serta ikan-ikan lainnya. Dan
pada tahun‑tahun berikutnya penyakit tersebut menyebar hampir keseluruh
Asia, dan kemudian terkenal dengan sebutan penyakit Epizootic
Ulcerative Syndrome (EUS). Namun demikian masalah penyakit pada ikan
hias belum banyak dibahas.
-------------------------------------
Pada
usaha penanggulangan beberapa bahan kimia dan antibiotika telah banyak
diteliti kegunaannya untuk pemberantasa penyakit ikan. Namun demikian
pengunaan bahan‑bahan tersebut diatas dirasakan banyak menimbulkan
masalah sampingan terlebih‑lebih apabila pemakaian bahan tersebut tidak
menuruti aturan. Maka penelitian sekarang ditujukan kepada cara yang
lebih effektip dan effisien yaitu dengan usaha pencegahan. Penelitian
tentang pemakaian vaksin baik untuk panyakit bakterial maupun penyakit
parasiter telah mulai dilakukan (Supriyadi dan Taupik, 1983). Selain itu
penelitian pemilihan strain ikan yang tahan terhadap penyakit ikan
juga telah dilakukan (Supriyadi, 1986).
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
1. Intensifikasi budidaya.
Seperti
telah disebutkan diatas bahwa system budidaya ikan di Indonesia telah
sampai pada tahapan intensifikasi. Dengan intensifikasi biasanya
dilakukan dengan padat penebaran yang tinggi untuk menghasilkan produksi
ikan yang tinggi tanpa mempertimbangkan daya dukung lahan. Pada
keadaan demikian apabila tidak didukung oleh keadaan lingkungan yang
sehat dan memenuhi syarat maka akan mudah sekali timbul wabah penyakit
ikan.
2. Manajemen Budidaya yang kurang sempurna
Petani
ikan biasanya hanya berpikir bagaimana cara mengejar hasil yang
setinggi‑tingginya tanpa memikirkan masalah lain yang sebenarnya sangat
mendukung pada keberhasilan usaha budidaya. Salah satu contoh yang
masih kurang diperhatikan adalah pemberian pakan yang tidak tepat tanpa
mengetahui apakah pakan tersebut dimakan oleh ikan atau tidak. Dengan
banyaknya pakan yang tertimbun didasar perairan maka akan banyak
menimbulkan masalah berupa pembusukkan pakan yang pada akirnya akan
menghasilkan bahan cemaran antara lain ammoniak.
Cara
penanganan yang kasar serta kurang memperhatikan tindak aklimatisasi
setelah pengangkutan ikan juga merupakan suatu faktor yang dapat
menimbulkan terjadinya kasus wabah penyakit ikan.
Faktor
lain adalah masalah konstruksi kolam atau bak yangbiasanya kurang
sempurna dan tidak mendukung sanitasi air . Hal ini juga merupakan
suatu faktor yang mempercepat terjadinya wabah penyakit ikan.
3. Masalah kualitas air yang tidak mendukung
Lingkungan
yang kurang memenuhi syarat bagi usaha budidaya ikan seperti pH air
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, kandungan zat asam yang rendah,
kandungan bahan organik yang tinggi, banyaknya bahan cemaran yang
masuk ketempat budidaya secara tidak langsung ataupun langsung akan
membantu mempercepat timbulnya wabah penyakit ikan.
4. Kurangnya pemahaman serta keterampilan akan cara penanggulangan penyakit ikan .
Selain
hal‑hal tersebut diatas juga dirasakan sangat terbatasnya pengetahuan
tentang penyakit ikan oleh para petani ikan. Hal ini akan mengakibatkan
kurang cepatnya arus informasi yang sampai kepada petugas yang
bersangkutan sehingga akan mengakibatkan terjadinya kelambatan dalam
tindakan penanggulangannya.
BEBERAPA PENYAKIT IKAN
Penyakit Parasiter.
1. Penyakit bintik putih.
Jasad
penyebab penyakitnya adalah Ichthyophthirius multifiliis. Penyakit ini
sering disebut dengan penyakit "Ich" atau "White spot". Gejala klinis
yang ditunjukkannya adalah adanya bintik putih baik pada kulit, sirip,
mata dan insang. Biasanya sering terjadi pada ikan ukuran kecil
(benih). Kasus infeksinya lebih sering pada kondisi ikan dengan
kepadatan tinggi, dengan suhu air rendah (dibawah 25°C).
Penanggulangan
parasit ini dapat dengan cara pencegahan yaitu mempertahankan kondisi
perairan dalam keadaan yang optimal antara lain cukup oksigen,
mengurangi kepadatan serta mempertahankan suhu air pada keadaan otimum.
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan yang terinfeksi
dalam suatu wadah pada larutan campuram formalin 25 ml/m3 air dan
malachite green oxalat 0.15 g/m3 air selama 24 jam.
2. Penyakit Trichodiniasis
Penyakit
ini disebabkan oleh Trichodina sp. Parasit ini banyak terjadi pada
ikan ukuran benih terutama apabila ikan berada dalam keadaan stress
yang diakibatkan antara lain oleh kepadatan terlalu tinggi penanganan
yang kurang sempurna, pemberian pakan yang kurang tepat baik mutu
maupun jumlahnya terutama pada keadaan temperatur air turun. Gejala
klinis yang ditunjukkannya adalah ikan yang terinfeksi biasanya
menggosok-gosokan badannya pada dasar atau dinding bak atau kolam.
Penanggulangan
penyakit tsb dapat dilakukan dengan cara pencegahan yaitu antara lain
dengan penanganan yang sempurna, penerapan sanitasi wadah, air serta
manajemen budidaya yang sempurna. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara
perendaman dalam larutan formalin 25 ml/m3 air selama 24 jam, atau
Acriflavin dengan dosis 3 mg/l air selama 15 sampai 30 menit yang
dilakukan dalam bak atau wadah penampung.
3. Penyakit Tetrahymena
Penyakit
tersebut disebabkan oleh Tetrahymena pyriformis.. Parasit dapat
menginfeksi kulit dan sirip. Organisme penyebab penyakit tersebut kalau
dilihat dengan menggunakan mikroskop berbentuk seperti buah pear.
Gejala klinisnya biasanya ikan yang terinfeksi mengosok-gosokkan
tubuhnya pada dasar atau dinding bak, serta mengibas-ibaskan siripnya.
Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan Acriflavin 3 mg/l air
dengan cara perendaman selama 15 – 30 menit.
4. Penyakit Costiasis
Penyebabnya
adalah Costia necatrix, merupakan parasit yang mempunyai bulu cambuk
sebagai alat pergerakannya, dan kalau dfilihan dengan menggunakan
mikroskop bentuknya akan kelihatan seperti kacang kedelai. Tetapi dalam
keadaan nempel pada kulit akan kelihatan seperti buah pear. Gejala
klinis yang ditunjukkannya ikan yang terinfeksi akan kelihatan lebih
keruh dan pada infeksi berak maka ikan akan mengalami pendarahan dan
luka pada kulit.
Cara penanggulangan yang dapat dilakukan
adalah dengan menempatkan ikan pada suhu diatas 30oC. Pengobatan dapat
dilakukan dengan Iodine 1 tetes dari larutan stock untuk tiap 5 liter
(Larutan stoc dibuat dari 0.5 mg dilarutkan dalam 100 ml air).
5. Penyakit Beludru (Oodiniasis)
Penyakit
tersebut disebabkan oleh parasit Oodinium pillularis, sejenis parasit
yang mempunyai bulu cambuk sebagai alat geraknya. Organ tubuh yang
dapat terinfeksi adalah kulit, insang dan kadang-kadang insang. Gejala
klinis yang ditimbulkannya adalah berupa kulit ikan terasa kasar
berwarna kuning kecoklatan. Apabila menginfeksi insang maka ikan akan
menunjukkan gejala frekuensi pernafasan makin cepat.
Penanggulangan
dapat dilakukan dengan menempatkan ikan yang terinfeksi pada air
dengan suhu diatas 33oC selama 24 jam. Pengobatan dapat dilakukan
dengan memakai Quinine sulfat 10 mg/l air selama 3 hari. Campuran
copper sulfat dan asam citrat sebanyak 1.25 ml larutan stock/l air
selama 10 hari (larutan stock dibuat dari 100 mg cooper sulfat ditambah
dengan 25 mg asam citrat dilarutkan dalat 100 ml aquadest)
6. Penyakit "Gembil".
Parasit
ini biasanya menginfeksi ikan jenis koi dan Lion head, dan biasanya
merupakan bawaan dari kolam pendederan yang terinfeksi. Banyak terjadi
pada ikan ukuran kecil, dan biasanya parasit tersebut berada dalam
stadium spora yang membentuk kista dalam jaringan tubuh biasanya pada
insang dan bagian badan. Gejala klinisnya adalah berupa bintil-bintil
berwarna putih kemerahan yang terdapat pada insang, sehingga tutup
insang terlihat selalu terbuka. Jenis yang menginfeksi badan akan
menunjukkan benjolan pada tubuh ikan, Parasit tersebut sangat sulit
untuk diberantas secara khemotherapy. Satu‑satunya jalan untuk
menanggulangi parasit tersebut adalah dengan cara pencegahan, yaitu
antara lain dengan menerapkan sistem majemen budidaya yang baik serta
sanitasi baik pada kolam pendederan maupun air.
7. Pleistophorosis
Penyakit
tersebut dapat menginfeksi ikan air tawar maupun ikan laut. Parasit
yang sering terdapat terutama menginfeksi ikan dari jenis neon tetra.
Penyebab penyakitnya adalah Pleistophora hypessobryconis. Gejala klinis
yang ditujukkannya adalah ikan yang terinfeksi berwarna pucat,dan pada
tempat infeksinya akan kelihatan berwarna putih, garis- garis warna
pada ikan tersebut seolah terputus, ikan berenamg sangat lemah,
kadang-kadang menunjukkan adanya kelainan tulang belakang.
Belum
ada cara pengobatan yang dapat dipakai untuk menanggulangi penyakit
tersebut. Ikan yang terinfeksi hendaknya segera diambil dari bak dan
kemudian dikubur atau dibakar.
8. Penyakit cacing.
Cacing
tersebut biasanya terdapat baik pada insang maupun pada kulit ikan.
Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus spp., serta Quadriacanthus sp.
merupakan parasit yang banyak menyerang ikan budidaya, terutama pada
ikan ukuran kecil. Gejala klinis dari ikan yang terinfeksi adalah
prekuensi pernafasan/gerakan insang bertambah cepat, ikan berwarna lebih
gelap dan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding bak
dan lama-lama ikan menjadi kurus.
Penanggulangan parasit
ini dapat dengan cara mencegah terjadinya infeksi yaitu antara lain
dengan mengurangi padat penebaran. Pengobatan juga dapat dilakukan
dengan menggunakan Formalin 150 ml/m3 air, dengan cara perendaman dalam
wadah penampung.
9. Penyakit Paser.
Penyakit
ini disebabkan oleh Lernaea cyprinaceae. Stadium infektifnya adalah
stadium copepodid. Gejala klinisnya biasanya ditunjukkan dengan adanya
jasad parasiter yang sudah dewasa tersebut yang menancap pada badan
ikan.
Pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman dalam
dalam wadah penampung dengan Fenthion 0.25 mg/l air selama 24 jam.
Formalin 25 ml/m3 air selama 24 jam dengan cara perendaman. Kedua obat
tersebut hanya dapat membunuh parasit pada stadium copepodid.
10. Penyakit "kutu ikan".
Parasit
ini terkenal dengan nama kutu ikan (fish lice), bergerak sangat cepat,
bersifat sebagai parasit obligat. Namun demikian ia hanya dapat
bertahan hidup sementara diluar tubuh inangnya.
Selain
sebagai parasit, Argulus juga dapat menjadi penyebab timbulnya infeksi
kedua antara lain oleh bakteri, jamur maupun virus karena akibat luka
gigitannya.
Pengobatan dapat dilakukan dengan merndan
ikan yang terinfeksi dalam suatu wadah penampung dengan larutan garam
dapur 1.25% selama 10-15 menit.
PENYAKIT BAKTERIAL
Penyakit
bakterial telah banyak dilaporkan menginfeksi ikan terlebih‑lebih
apabila ikan tersebut dibudidayakan dalam perairan yang kaya akan bahan
organik. Pada keadaan demikian bakteri akan tumbuh dengan subur,
sehingga apabila terjadi stress pada ikan oleh sesuatu sebab maka akan
mudah sekali terjadi infeksi penyakit bakterial tersebut.
Ada
tiga type gejala infeksi penyakit bakterial pada ikan yaitu luka pada
kulit dan sirip, penyakit yang menginfeksi organ dalam, dan penyakit
tuberculosis.
1. Penyakit Luka kulit sirip dan insang.
Penyakit
yang menunjukkan gejala demikian dapat disebabkan oleh bakteri
Myxobacteria. Salah satu species yang sering menginfeksi ikan air tawar
adalah Flexibacter columnaris. Penyakit ini biasanya terjadi pada ikan
yang stress akibat bertambahnya panas atau bertambah dinginnya suhu
air.
Luka pada kulit pada awalnya berwarna pucat keputih‑
putihan dan luka tersebut makin lama berkembang menjadi borok yang
dalam. Lama‑kelamaan ikan berwarna lebih gelap, gerakannya lamban dan
akhirnya mati. Apabila bakteri tersebut menginfeksi insang maka
produksi lendir biasanya akan bertambah dan lama‑lama insang ikan akan
rontok. Selain itu bakteri ini dapat pula merontokkan sirip ikan.
Penanggulangan
penyakit tersebut dapat dengan cara pencegahan yaitu antara lain
dengan mempertahankan kualitas air supaya tetap optimal, penerapan
sanitasi kolam dan manajemen budidaya yang tepat.
Pengobatan
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa antibiotika yaitu antara
lain Oxytetracyclin hydrochlorid 5‑10 mg/l air dengan cara perendaman
selama 24 jam. Baytril juga dapat dipakai dengan dosis 8‑10 ml/m3 air
dengan cara perendaman selama 24 jam dilakukan dalam wadah penampung.
2. Penyakit merah
Bakteri
garam negatif sering menjadi penyebab utama penyakit bakterial pada
ikan air tawar pada umumnya. Aeromonas hydrophila dan Pseudomonas sp.
merupakan bakteri yang sering menginfeksi ikan air tawar.
Pada
umumnya penyakit ini akan timbul pada ikan yang penanganannya kurang
sempurna, pakan yang kurang tepat baik mutu maupun jumlahnya, banyak
terinfeksi oleh parasit, serta air kolam yang terlalu subur, serta zat
asam yang sangat rendah.
Adapun gejala yang ditunjukkannya
adalah warna ikan menjadi lebih gelap, nafsu makan berkurang atau
hilang, bergerombol dekat saluran pembuangan, dan kadang‑kadang timbul
luka pada kulit jadi kemerah-merahan. Kalau kita membedah ikan yang
terinfeksi gejala yang ditunjukkannnya adalah hatinya berwarna pucat,
dan pendarahan terjadi pada organ dalam .
Penangulangan
dapat dilakukan dengan cara manajemen budidaya yang baik, mengurangi
kesuburan kolam, serta pemberian pakan yang tepat baik jumlah maupun
mutunya. Selain itu dapat dengan menggunakan vaksin "Hydrovet".
Pengobatan dapat dengan menggunakan antibiotika, baik dengan melalui
suntikan, melalui makanan ataupun dengan perendaman. Pengobatan dengan
melalui suntikan antara lain dengan menggunakan Oxytetracyclin HCl
25‑30 mg/kg ikan diberikan sebanyak 3 kali tiap tiga hari sekali.
Pemberian antibiotika dengan melalui makanan dengan menggunakan obat
yang sama dengan dosis 50 mg/kg ikan diberikan selama 7‑10 hari
berturut‑turut. Perendaman dapat juga dilakukan dengan obat yang sama
dengan dosis 5‑10 mg/l air selama 24 jam, atau dengan menggunakan
Baytril dosis 8‑10 ml/m3 air selama 24 jam.
3. Tuberculosis .
Penyakit
ini banyak menginfeksi ikan hias dan juga dapat menginfeksi ikan
gurame. Bakteri penyebab penyakit ini adalah Mycobacterium fortuitum.
Ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala adanya bintil-bintil
(granuloma) berwarna putih kemerahan pada hati, ginjal, ataupun pada
limpha. Gejala luar yang dapat kita amati kadang‑kadang menunjukkan
adanya mata yang menonjol (exopthalmos), atau perut yang menggembung.
Kalau perut tersebut kita bedah maka akan kelihatan bintil-bintil kecil
(tubercle) berwarna putih kemerahan terdapat pada ginjal, hati, maupun
limpha.
Penyakit ini relatip agak susah untuk
ditanggulangi, kecuali kalau kita dapat mendeteksi secara dini maka
kita dapat berikan antibiotika Streptomycin sulfat 20 mg/kg berat ikan
dengan melalui pakan dengan pemberian dalam waktu panjang.
PENYAKIT AKIBAT JAMUR (MYCOSIS).
Ada
beberapa jamur yang telah dilaporkan menginfeksi ikan hias. Jamur dari
golongan Phycomycetes genus Saprolegnia dan Achlya telah banyak
menimbulkan banyak kerugian. Jamur tersebut dapat menginfeksi ikan
terutama ikan yang mnendapat penanganan kurang sempurna. Biasanya
terjadi pada waktu pasca angkut dll.
Penanggulangan
penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pencegahan maupun cara
pengobatan. Cara pencegahan yang dapat dilakukan ialah selain harus
menangani ikan secara sempurna. Pengobatan dapat dilakukan dengan
perendaman dalam larutan Malachite Green Oxalat 0.15 g/m3 air selama 24
jam. Sedangkan untuk treatmen telur ikan dapat dilakukan perendaman
dengan obat yang sama 3 mg/l air selama 12 jam.
PENYAKIT AKIBAT INFEKSI VIRUS
1. Penyakit Lymfosistis (Lymphocyctis)
Penyakit
sering ditemukan pada ikan hias terutama dari jenis siklid. Pada
prinsipnya penyakit ini hanya mempengaruhi penampilan dari ikan tersebut
menjadi tidak indah lagi. Virus ini tidak menimbulkan kematian yang
tinggi bagi ikan yang terinfeksi.
Gejala klinisnya mudah dikenali yaitu dengan adanya bintil berwarna keputih-putihan baik pada kulit maupun pangkal sirip.
Penanggulangan
bagi penyakit ini sulit untuk dilakukan dan juga tidak ada obat yang
bisa digunakan untuk mengobati penyakit ini. Namun demikian penyakit ini
sangat jarang terdapat di Indonesia.
2. Penyakit bunga kol (Papilomatosis)
Seperti
halnya penyakit Lymfosistis, penyakit bunga kol ini juga penyakit yang
hanya dapat mengakibatkan pada penurunan mutu atau penampilan dari
ikan hias tersebut. Penyakit ini biasanya lebih sering terjadi pada
ikan hias jenis sidat. Ikan lily juga pernah ditemukan terinfeksi oleh
penyakit tersebut.
Gejala klinis yang ditimbulkannya meliputi adanya bangunan seperti bunga kol pada mulut ikan hias tersebut.
Penyakit
tersebut sangat sukar untuk ditanggulangi terutrama denga cara
pengobatan. Salah satu usaha penanggulangan yang bisa dilakukan adalah
dengan cara pencegahan, yaitu antara lain memelihara kebersihan air,
kolam/bak serta penerapan pola budidaya yang sempurna.
3. Penyakit busuk insang (Koi Herpes Virus /KHV).
Pada
ikan hias jenis Koi penyakit akibat infeksi virus yang terkenal adalah
penyakit “Koi Herpes Virus” . Penyakit ini telah merugikan produksi
ikan hias koi di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini telah mewabah
pada tahun 2002 dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Selain
itu penyakit tersebut juga dapat menginfeksi ikan konsumsi dari jenis
ikan mas.
Gejala klinis yang ditimbulkan meliputi:
§ Ikan menunjukkan gejala yang makin melemah
§ Memisahkan diri dari kelompok
§ Produksi lendir berlebih, tapi kemudian lendir ikan menjadi berkurang sehingga ikan akan terasa kesat kalau diraba.
§ Warna ikan menjadi lebih pucat.
§
Gejala spesifiknya adalah ditujukkan dengan insang yang membusuk. Oleh
karena itu penyakit ini terkenal dengan penyakit busuk insang.
Seperti
halnya kedua jenis penyakit virus diatas, penyakit inipun tidak mudah
untuk ditanggulangi. Pola pencegahan seperti pada penyakit-penyakit
tersebut diatas merupakan tindakan yang hanya dapat dilaksanakan. Kalau
kita temukan penyakit ini sebiknya harus segera dimusnahkan dengan cara
dikubur atau dibakar.
DAFTAR PUSTAKA.
Sarig, S. 1971. Diseases of Warmwater Fishes. TFH Publ., Neptune City, New Jersey.
Sachlan, M. 1952. Notes on parasites of freshwater fishes in Indonesia. Contrib. Inl. Fish.Res. Stat. No. 2. 1 ‑ 60.
Snieszko,
S.F. 1973. The effect of environmental stress on outbreak of infection
diseases of fishes. J. Fish. Biol. (6) : 197‑208.
Supriyadi, H. dan P. Taufik. 1983. Penelitian pendahuluan immunisasi ikan dengan cara vaksinasi. Bull. Pen. PD .4 (1): 34 ‑36.
Supriyadi,
H. 1986. The susceptibility of various fish species to infection by
the bacterium Aeromonas hydrophila. p. 241 ‑ 242. In J.L. Maclean, L.B.
Dizon and L.V. Hosillos (eds) The first Asian Fisheries Forum. Asian
Fisheries Society, Manila, Philippines.
Untergasser,D. 1989. Handbook of Fish Diseases. In H.R. Axelrod (ed). TFH Publications.
PENYAKIT BINTIK PUTIH (WHITE SPOT)
Penyakit
yang paling sering dijumpai pada ikan di akuarium dan sangat susah
diberantas adalah penyakit White spot, yang disebabkan oleh
Ichthyophthirius {seekor Protozoa) yang bersarang pada lapisan lendir
kulit dan sirip ikan, serta merusak lapisan insang.
Binatang
yang sangat kecil dan tak dapat terlihat oleh mata biasa ini, pada
selaput lendir ikan bergerombol dapat berpuluh-puluh bahkan
beratus-ratus jumlahnya, hingga dapat terlihat sebagai bintik-bintik
putih. Karena itu disebut White spot.
Ichthyophthirius
multifiliis ini merusak sel-sel lendir ikan, dan dapat menyebabkan
pendarahan yang sering terlihat pada sirip dan insang ikan. Siktus
hidup parasit ini sangat penting untuk diketahui oleh karena segala
cara pemberantasannya pada dasarnya ialah memutuskan rantai
kehidupannya.
Sesudah 8 hari hidup di tubuh ikan, parasit
ini telah cukup dewasa untuk melangsungkan berkembangbiaknya. la
melepaskan diri dari tubuh ikan, dan melayang-layang dalam air untuk
beberapa saat lamanya. Kemudian ia melekatkan diri pada suatu benda,
batu-batu, tumbuh-tumbuhan, ganggang, dinding akuarium/kolam dan
sebagainya serta membentuk suatu lapisan kulit yang terlihat sebagai
lendir. Bentuk demikian disebut cyste.Di dalam cyste parasit ini akan
rnembelah diri. Dalam waktu 5 jam (lamanya tergantung dari suhu),
terbentuklah ribuan Inchthyopthirius kecil-kecil. Kemudian dinding
cyste itu pecah, lalu berhamburanlah "anak-anak" parasit tersebut
melayang-layang dalam air siap untuk menyerang ikan. Apabila dalam
waktu 48 jam mereka tidak dapat menemukan ikan untuk ditempelinya maka
anak-anak parasit itu akan mati.Jika ada ikan, mereka segera menempet
dan tumbuh pada se*laput lendir ikan.
Menurut Butcher
(1934), siklus hidup parasit Inchtyopthirius dapat dibagi menjadi 4 fase
yaitu :I. faseparasiter : ketika hidup pada ikan.II. fasepre—cyste :
setelah dewasa dan melepaskan diri dari tubuh ikan, tetapi belum
membentuk cyste. Fase ini dapat diberantas dengan obat.III. fase cyste :
selama terjadi proses membelah diri, ter*bungkus dinding lendir melekat
pada suatu benda dalam air.IV. fase post—cyste : berupa benih-benih
parasit yang baru keluar dari cyste. Fase ini mudah mati oleh
obat-obatan.
Cara PemberantasanPada selaput lendir ikan,
parasit Protozoa ini hidup terbungkus oleh selaput sel lendir.
Obat-obat pemberantas tidak dapat meresap ke dalam parasit dalam
keadaan tersebut, tanpa merusakkan selaput lendir ikan yang
bersangkutan.Karena itu fase pre-cyste (sesudah melepaskan diri dari
badan ikan tetapi belum menjadi cyste) adalah fase yang mudah dikenai
obat tanpa merusak ikan yang bersangkutan. Demikian fase post-cyste
ketika benih-benih Ichthyophthirius multifiiiis sudah keluar dari cyste.
Sedangkan pada fase cyste, parasit ini juga tidak terhembus oleh obat,
karena berdinding lendir.
1. Pemberantasan dengan Methil
biru ( Methylene blue)* Buatlah larutan baku obat Methylene blue
berupa serbuk berwarna biru tua, sekuat kurang lebih 1% (1 gram 100 cc
air bersih). Simpan larutan baku dalam botol.* Waktu hendak mengobati
persiapkan sebuah wadah yang cukup besar untuk merendam ikan-ikan yang
sakit.* Isilah wadah yang akan dipergunakan dengan air bersih. Untuk
tiap 4 liter air dipakai larutan baku tadi sebanyak 2 — 4 cc. Dan
aduklah semuanya sampai rata, kemudian masukkan ikan yang sakit ke
dalamnya selama sehari semalam (24 jam).* Keesokan harinya, dipindahkan
ikan yang telah diobati itu kedalam bak {wadah) lain berisi air bersih
dan berilah makanan yang cukup. Selang 1 hari, ulangilah pengobatan
secara tadi. Demikianlah pengobatan diulang-ulang 3 - 5 kali, sampai
ikan sembuh. Obat ini tidak meracuni ikan. Tetapi obat yang sudah
dipakai sehari semalam, tak dapat dipakai lagi
2.
Pemberantasan dengan garam dapur (NaCI)* Siapkan air yang bersih dalam
wadah untuk pengobatan, dan takarlah banyaknya air yang dipakai. Untuk
tiap 100 cc air, perlu diberikan 1 - 3 gram NaCI dan aduklah semuanya.*
Rendamlah ikan yang sakit ke dalam larutan tadi. Obat ini agak
berbahaya bagi ikan. Umumnya ikan hanya tahan 5-10 menit, sehingga
harus segera dipindahkan ke dalam air bersih sesudah mulai kelihatan
payah.
3.Pemberantasan dengan temperatur tinggiRantai
kehidupan Ichthyophthirius sangat tergantung dengan temperatur air.
Pada temperatur 24o-27oC Ichthyophthirius dapat menyelesaikan sirkulasi
rantai kehidupannya dalam waktu 4-5 hari, tetapi akan membutuhkan waktu
lebih dari 5 minggu jika temperatur air dibawah 7oC.Ichthyophthirius
akan mengalami gangguan dalam bereproduksi jika temperatur air diatas
30oC. Oleh sebab itu untuk menghambat populasi Ichthyophthirius kita
dapat meningkatkan temperatur air dengan jalan bertahap. Yang terbaik
setiap kenaikan 1oC untuk 12 jam, tetapi untuk mempersingkat dapat
dipercepat menjadi 6 jam.Hal yang perlu diperhatikan apakah ikan yang
dirawat mampu pada kondisi air bertemperatur tinggi ? Beberapa ikan
akan mengalami kepayahan pada temperatur 32oC. Dan pada temperatur
tinggi kandungan oksigen di dalam air akan berkurang, oleh karena itu
penambahan aerasi diperlukan.
4.Pemberantasan dengan
copper sulfate ( CuSO4)Penggunaan copper sangat ditentukan oleh
konsentrat alkalis air yang akan digunakan dalam perawatan ikan. Copper
sebaiknya tidak digunakan pada air yg memiliki konsentrat alkalis
dibawah 40 ppm atau diatas 300 ppm. Pada air yang berkonsentrat alkalis
rendah, copper akan menjadi lebih beracun bagi ikan sedangkan saat
beralkalis tinggi akan membuat copper mengendap sehingga tidak efektif
lagi untuk pengobatan.Formula penggunaan copper adalah jumlah
konsentrat alkalis air dibagi 100. Misal : konsentrat alkalis air
85ppm, maka penggunaan copper 85ppm ÷ 100 = 0.85ppm*
Definisi
ppm: Parts per million ("ppm") denotes one particle of a given
substance for every 999,999 other particles. This is roughly equivalent
to one drop of ink in a 150 litre (40 gallon) drum of water.
daftar
pustaka :1. PARASIT IKAN dan cara-cara pemberantasannya2. www.
advancedaquarist.com3. Southern Regional Aquaculture center
BEBERAPA PENYAKIT PADA IKAN
Penyakit
columnarisPenyebab: Flexybacter columnarisFlavobacterium psychrophilus
(OIE listed)Gram negatif, Aerob, Batang (0.5 x 1.2 mikron)Sifat
serangan: kronis, akut, per-akutGejala klinis:lession, haemorrhage, gill
necroticPenaggulangan: Evironmental improvement kurangkan kand. bahan
organikPenyakit merahPenyebab: Aeromonas hydrophilaSifat: gram negatif,
bentuk batang, motile cytochrom oksidase (+)ve, O/F, hidup di air tawar,
pada kadar bahan org tinggiEpizootiology: penyebab penyakit merah,
septisemic, 2nd infection, pd penanganan tidak sempurna.Gejala klinis:
warna gelap, anorexic, haemorrhage pale liver and
haemorrhagePenanggulangan: good aquaculture management
FurunculosisPenyebab:
Aeromonas salmonicidaSifat: gram (-)ve, non-motile, prod. pigmen
coklatAda 3 Sub. Spec: A. salmonicida ssp salmonicidaA. salmonicida ssp
achromogenesA. salmonicida ssp masoucidaGejala klinis: lesi, necrotic,
ulcer
VibriosisPenyebab: Vibrio sppSifat: gram (-)ve,
motile, batang/koma, fermentatif, cytochrome oksidase (+)ve, sensitif
0/129Habitat: air laut. Kematian yang diakibatkan 50%Gejala klinis:
anorexia, pucat, ulcer (acute), granuloma (chronic)
EdwardsielosisPenyebab:
Edwardsiella tardaSifat: gram (-)ve, rod, motile, fermentative prod.
H2S. Punya 4 serotype (A,B,C,D)Gejala klinis: pale, dropsy, hemorrhage
sekitar anus, bintil kecil (putih) pd insang, ginjal, hati dan linfa.
StreptococciasisPenyebab:
Streptococcus iniaeSifat: Gram (+)ve, coccus, memiliki a dan
bhaemolyticà menyerang sel darah merahGejala klinis: black color,
exophthalmos, dropsy, haemorrhage pada mata, tutup insangpangkal ekor,
ginjal, hati dan limfaàhancur.
MycobacteriosisPenyebab:
Mycobacterium sppM. fortuitum, M. marinum, M. chelonaeSifat: gram
(+)ve, acid fast, rod agak bengkok, tumbuh pada media khusus. Tumbuh
agak lama (30 hari) M. fortuitum, M. chelonae (7 hari)Gejala klinis:
lesi seperti cacar, exophthalmos, granuloma pada ginjal, hati limfa,
mata dan daging yang terinfeksi.
NocardiasisPenyebab:
Nocardia sppSifat: gram (+)ve, mungkin acid fast, rod (bercabang)
aerob, tumbuh 21 hari pd suhu 18-37oC, menginfeksi ikan air tawar
maupun laut.Gejala infeksi: anorexia, ikan kurus, pembengkakan pada
mulut, bintik putih pada insang kulit dan organ dalam.Enteric
Septicaemia of Catfish (ESC)Penyebab: Edwardsiella ictaluri (OIE
listed)Sifat: gram (-)ve, rod, motile (flagella), tidak memproduksi H2S
dan Indol.Gejala klinis: ikan lemah, menggantung arah vertikal berenang
berputar (meningoencephalitis).Pada stad. akhir pembengkakan dan ulcer
pada bag atas kepala. Hole in the head terbentuk kemudian.Acute outbreak
pada 18-28oCà ptechial haemorragic disekitar mulut.
PasteurellosisSering
disebut “Psedotuberculosis”Penyebab: Pasteurella piscicidaSifat:
gram(-)ve, rod, non-motile, fermentatif warna koloni
abu-abu-kuning.Hanya mengifeksi ikan laut.Gejala klinis: Akutà tidak
terdeteksi,chronikàgranuloma pada ginjal dan limfa
Enteric
Red Mouth DiseasesPenyebab: Yersinia ruckeriSifat: gram (-)ve, rod
(lengkung), motile (7-8 flagella)Ada 3 type sel : Type 1, 2 dan 3 (type
1àvirulen)Gejala klinis: warna merah pd mulut dan kerongkongan erosi
rahang, haemorrhage pada pangkal sirip exophthalmos.
Bacterial
Kidney Disease (BKD)Penebab : Renibacterium salmoninarum (OIE
listed)Sifat: Gram (+), non-acid fast, non-motile, nonspore forming,
diplococcus.Gejala klinis: slow systemic infection, ikan lemah, warna
gelap, dropsy, anemia, exophthalmos pendarahan sekitar anus.Pada alat
dalam à focal/multifocal ada bintil warna putih keabu-abuan.Penyebaran:
horizontal dan vertikal. Sifat: enzootic pada salmon wild species.
GaffkemiaPenyebab: Aerococcus viridans ssp. HomariSifat: gram (+)ve, coccus, patogen thd lobsterGejala: Luka, borok
Diposkan oleh arss.sakti personal blog di 04:46 0 komentar
Teori Diagnosa Berdasar Perubahan Histologi
1. GENERAL ADAPTATION SYNDROMEAdalah : Perubahan yang terjadi mrpk respon terhadap stress lingkungan.
Perubahan ada 3 fase:A. Reaksi peringatanB. Stadium resistanC. Stadium kelelahan
2.
RESPON PERTAHANAN (Inflamatory Response)Adalah : respon pertahanan
dasar dari jaringan akibat berbagai sebab.1. Calor (panas)2. Rubor
(kemerahan)3. Tumor (pembengkakan)4. Dolor (rasa sakit)5. Functio laeso
(kehilangan fungsi)
Penyebab utama kerusakan Jaringan1.
Mikroorganisme dan produk luaran selnya2. Perlakuan fisik dan kimia3.
Kekurangan supply darah
NEKROSALuka yang menyebabkan
terjadinya kematian sel dan perubahan yang irreversible.Ada 3 macam
nekrosis yaitu1. Liquefactive necrosis: hasil penghacuran sel
secaraenzymatis yang cepat.2. Coagulative necrosis: akibat kehilangan
supply darah ciri darinecrosis ini adalah acidophilic, inti sel hancur
tapi batas selmasih dikenali3. Fat necrosis: hanya ditemui pada kasus
infeksi IPN
STADIUM NECROSIS1. Pycnosis: sel mengkerut dan
kelihatan gelap2. Karyorhexis: fragmentasi inti sel dan membran inti
hancur3. Karyolisis: hydrolysis asam nucleat, jaringan akan terlihat
pink.
3. BERDASAR PERUBAHAN GAMBARAN DARAH. (DIAGNOSA
HAEMATOLOGY)Cara ini biasanya dengan menggunakan gambaran darah baik sel
darah merah maupun sel darah putih.
CARA:a. Kadar haemoglobinb. Haematocrite valuec. Differential Leucocyted. Phagositic index
SEL
DARAH PUTIHKelimpahannya kurang dari sel darah merah (20.000 – 250.000
sel/mm3)Kelimpahan limfosit : 71.2 – 82.88% dari total sel darah
putih.
4. SERODIAGNOSTICPada prinsipnya merupakan reaksi
antigen antibodyAntigen: benda asing biasanya BM tinggi biasanya tidak
tdpt pada tb inang, yang dapat memacu timbulnya antobodià immunogen
Antibody: senyawa protein yang terbentuk karena adanya antigen.Sifat: sangat spesifik
METODA:1.
Rapid Slide agglutination test2. Precipitation testà Gel-diffusion
test3. Fluorescence Antibody test4. Immunohistochemistry5. ELISA
RAPID SLIDE AGGLUTINATION TESTReaksi sangat sederhanaMemerlukan antigen dan antibodyLangsung dan dapat cepat dilihat hasilnya
Caranya:Sediakan gelas obyek bersihTeteskan antibody diatas obyek gelasCampurkan dengan antigen