Daftar Penyakit Ikan Hias
ULCER
Ulcer
merupakan pertanda terjadinya berbagai infeksi bakteri sistemik pada
ikan. Biasanya ditandai dg munculnya borok/luka terbuka pada tubuh ikan.
Sering pula borok ini disertai dg memerahnya pinggiran borok tersebut.
Ulcer dpt memicu terjadinya infeksi sekunder terutama infeksi jamur,
& dpt pula disertai dg gejala penyakit bacterial lainnya seperti
kembung, dropsy, kurus, atau mata menonjol (pop eye).
Penyebab:
Nekrosis
kulit, biasanya sebagai akibat terjadinya infeksi sistemik kronis yg
diakibatkan oleh bakteri, terutama dari golongan aeromonas, pseudomonas,
myobaker, & vibrio. Luka terbuka yg terjadi dpt menyebabkan ikan
menjadi sangat lemah. Pada kasus yg sangat parah, dimana terjadi
kerusakan kulit yg luas, dpt menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem
pengaturan osmotik ikan, & dpt menyebabkan ikan menjadi sangat
rentan terhadap infeksi sekunder.
Gambar 1. Gejala Umum Ulcer
Gambar 2 . Ulcer yg Disertai dg Serangan Jamur Saprolegnia
Stres,
terutama sebagai akibat penanganan ikan yg kurang baik, atau akibat
perubahan lingkungan, dpt menjadi pemicu terjadinya ulcer. Seperti
diketahui stres kronis dpt menyebabkan ikan mengalami penurunan daya
tahan tubuh sehingga menjadi lebih rentan terhadap penyakit
Pencegahan & Perawatan:
Untuk mencegah terjadinya ulcer, jaga agar ikan tdk mengalami stres berlebihan.
Apabila
ulcer terjadi, hal yg perlu diperhatikan adalah mencoba menghilangkan
penyebab ikan stres & coba perbaiki & tingkatkan kualitas air
akuarium yg bersangkutan. Pada kasus yg parah, perendaman dlm garam
untuk jangka panjang (selama beberapa hari) dg dosis 3-5 ppm dpt
membantu memulihkan stres osmotik, sehingga diharapkan ikan dpt bertahan
& mampu menurunkan resiko terjadinya infeksi jamur sekunder.
Ulcer
ringan, sampai tahap tertentu, diketahui responsif terhadap perlakuan
perendaman dg obat-obatan anti ulcer atau anti bakteri sistemik.
Sedangkan pada kasus yg serius, biasanya diperlukan perlakuan dg anti
biotik (seperti oxytetracycline) yg diberikan secara oral melalui pakan,
melalui perendaman atau disuntikan.
LIMFOSISTIS
Limfosistis
merupakan penyakit ikan yg disebabkan oleh sejenis virus. Penyakit ini
dpt menyerang sejumlah besar ikan, akan tetapi serangannya biasanya
terbatas pada jenis-jenis ikan yg telah mengalami evolusi lanjut,
seperti keluarga cichlid. Penyakit ini tdk menyerang golongan cyprinid
maupun catfish.
Hama
penyakit ikan ini berasal dari nama kista berwarna putih yg menyertai
serangan. Kista tersebut bisa dijumpai secara sendiri-sendiri (tunggal)
ataupun bergerombol pada permukaan tubuh ikan. Dlm beberapa kasus
kista-kista ini dpt bergabung membentuk struktur bertumpuk menyerupai
bunga kol (Gambar 3).
Gambar 3. Limfosistis
Virus
limfosistis pada dasarnya akan menyerang sel-sel ikan sehingga sel
tersebut akan membesar 50 hingga 100000 kali dari ukuran normalnya. Pada
saat infeksi berlangsung, sel-sel disekitar sel yg terinfeksi akan dpt
pula terserang & membesar sehingga akan membentuk kumpulan sel-sel
berukuran besar yg mengandung banyak virus & membentuk bintil
berwarna putih.
Dlm
waktu beberapa minggu atau bulan, bintil ini dpt mencapai ukuran 0.5 cm
atau lebih. Kehadiran limfosistis akan sangat mengganggu tampilan ikan.
Meskipun demikian, diketahui jarang mengancam kehidupan ikan &
sering hilang dg sendirinya.
Tanda-tanda Penyakit:
Infeksi
penyakit pada umumnya diawali dg munculnya bintil kecil berwarna putih,
atau abu-abu atau kadang-kadang merah jambu. Muncul terutama pada
bagian sirip. Tdk tertutup kemungkinan mereka muncul di bagian tubuh
lainnya.
Gambar 4. Gejala Awal
Pada
tahap serangan awal, penyakit ini sangat sering menyerupai serangan
white spot. Bedanya linfosistis akan tumbuh membesar & jumlahnya tdk
akan sebanyak white spot. Ikan yg terserang limfosistis hampir tdk
pernah menunjukkan kesulitan bernapas, atau meluncur kesana-sini.
Limfosistis dpt disertai dg kehilangan nafsu makan pada ikan yg
bersangkutan sehingga tdk jarang menyebabkan ikan menjadi kurus.
Penyebab:
Penyakit
limfosistis disebabkan oleh sejenis iridovirus (kelompok virus DNA).
Virus ini memiliki ukuran 180-200 mikron sehingga cukup sulit untuk
dilihat dg menggunakan mikroskop biasa.
Cara
penyebarannya tdk diketahui dg pasti. Kemungkinan adalah dari "pecahan"
bintil yg kemudian menyebabkan tersebarnya virus . Virus yg terbebas
kemudian akan masuk & menghuni air selama beberapa hari &
selanjutnya dpt memasuki tubuh ikan melalui kulit yg terluka. Infeksi
melalui mulut juga diduga mungkin terjadi.
Stress
& kondisi lingkungan yg buruk diketahui dpt menjadi pemicu
serangan, atau memicu virus yg mungkin sebelumnya dorman dlm tubuh ikan.
Infeksi
limfosistis sering menyerang ikan- ikan yg yg diberi pewarna
artifisial. terutama pada famili Chandidae. Meskipun demikian, belum
diketahui secara pasti apakah hal ini disebabkan oleh stress yg
ditumbulkan pada saat injeksi dilakukan atau akibat kontaminan pada
jarum suntik yg digunakan.:
Pencegahan & Penanganan:
Sejauh
ini belum diketahui pengobatan yg tepat unuk mengatasi limfosistis.
Meskipun demikian, penyakit ini dpt sembuh dg sendirinya & jarang
berakibat fatal.
Ikan
yg terserang harus diiolasi untuk mncegah terjadinya penularan, sampai
penyakit tersebut hilang. Ikan yg terserang biasanya akan menajdi kebal
sehingga tdk akan terinfeksi kembali. Ikan harus tetap dikarantina
hingga sekitar 2 bulan setelah panyakit hilang dari ikan yg
bersangkutan.
Operasi
kecil bisa saja dilakukan. Akan tetapi biasanya tdk diperlukan sehingga
tdk terlalu direkomendasikan, terutama akibat stress yg mungkin dialami
oleh ikan yg bersangkutan akibat operasi tersebut. Kecuali apabila
ukuran & posisi bintil tersebut sangat mengganggu aktifitas ikan yg
terinfeksi.
Satu-satunya
cara agar limfosists tdk sampai menyerang ikan adalah dg melakukan
karantina yg memadai. Penyakit ini biasanya baru terlihat 10 hari hingga
2 bulan setelah infeksi. Meskipun demikian, karantina bagi limfosistis
tdk perlu dilakukan pada ikan-ikan yg tdk dpt terserang seperti ikan
dari famili Cyprinid. Ikan-ikan yg telah mengalami kontak dg ikan
terinfeksi disarankan untuk dikarantina selama 2 bulan, sampai
dipastikan bahwa infeksi tdk terjadi. .
ARGULUS
Argulus atau kutu ikan merupakan parasit ikan dari golongan udang-udangan keluarga Branchira. Parasit ini masuk ke dlm akuarium biasanya melalu pakan hidup. Diketahui
ada sekitar 30 spesies Argulus. Dua diantaranya, yg erat kaitannya dg
akuarium, adalah Argulus foliatus & Argulus japonicus
Sifat parasitik Argulus cenderung temporer. Mereka mancari inangnya secara acak & dpt berpindah dg bebas pada tubuh ikan atau bahkan meninggalkannya. Argulus diketahui dpt berahan selama beberapa hari diluar tubuh ikan.
Argulus menempel pada ikan dg menggunakan alat penghisap khusus. Selanjutnya binatang ini akan menancapkan mulut jarumnya pada tubuh ikan untuk menyuntikan anti koagulan darah. Baru kemudian parasit tersebut mengkonsumsi darah dari inangnya.
Argulus
biasanya kawin dlm air terbuka. Argulus betina dpt menghasilkan 100
butir telur atau lebih yg ditempelkannya pada permukaan benda padat. Telur akan menetas dlm waktu 25 hari. Masing-masing telur pada umumnya menetas pada waktu yg berbeda. Larva Argulus dg ukuran 0.6 mm bersifat planktonik sebelum akhirnya menyerang ikan. Larva
ini akan berganti kulit selama 8 kali sebelum mencapai dewasa dg ukuran
3 - 3.5 mm. Hal ini berlangsung dlm waktu 5 minggu.
Tingkat serangan Argulus sangat tergantung pada ukuran ikan & jumlah individu parasit yg menyerang. Meskipun demikian, sering tdk menimbulkan ancaman kematian pada ikan yg bersangkutan. Akan tetapi luka yg ditimbulkannya dpt menjadi rentan fterhadap serangan jamur & bakteri.
Pada
serangan yg sangat parah ikan dpt kehilangan banyak darah, atau juga
mengalami stres osmotik akibat luka-luka yg menganga sehingga tdk
tertutup kemungkinan pada serangan yg sangat parah dpt menyebabkan
kematian. Argulus diketahui dpt pula menjadi vektor penyakit lainnya
Tanda-tanda Serangan:
Argulus melukai kulit dlm rangka mendptkan darah korbannya sehingga sering menimbulkan memar merah pada bekas "gigitannya". Selain
dg tanda ini, kehadiran parasit itu sendiri dpt mudah dilihat dg mata
telanjang berupa mahluk transparan berbentuk bulat mendatar dg diameter 5
- 12 mm. Sepasang bintik mata dpt dilihat dibagian kepalanya (Gambar 5).
Gambar 5 . Argulus pada sirip ikan
Gambar 6. Argulus Betina (kiri), & Jantan (kanan)
Ikan
yg terjangkit akan menjadi gelisah, meluncur kesana kemari, atau
terkadang melompat keluar dari permukaan air; serta menggosokan badannya
pada dasar akuarium atau dekorasi & benda lainnya. Serangan yg
parah bisa menyebabkan ikan manjadi malas, kehilangan nafsu makan, &
warna berubah menjadi opak sebagai akibat produksi lendir yg
berlebihan.
Pencegahan & Pengobatan:
Senyawa organfosforus diketahui efektif dlm menghilangkan Argulus. Alternatif lain adalah dg perendaman jangka pendek dlm larutan standar formalin (37-47 %) sebanyak 0.125 mg/liter air selama satu jam atau dlm larutan kalium permanganat dg dosis 10 mg/liter selama 30 menit. Lakukan aerasi selama proses perendaman dilakukan.
Apabila
parasit hanya dijumpai dlm jumlah sedikit maka pengambilan secara fisik
bisa dilakukan dg menggunakan pincet. Luka yg ditinggalkan selanjutnya
dibubuhi antiseptik. Cara ini akan efektif apabila kemudian ikan dipindahkan ke tempat lain yg bebas benih Argulus. Krn tdk tertutup kemungkinan akuarium tempat ikan tersebut semula telah tercemar olah benih atau larva argulus.
Lakukan karantina pada pakan hidup yg diambil langsung dari alam untuk mencegah terjangkitnya akuarium oleh Argulus. Begitu terhadap dekorasi berupa batu potongan kayu, atau tanaman yg diambil dari perairan bebas.
CAPILLARIA
Capillaria
adalah nama jenis cacing dari genus nematoda. Cacing ini merupakan
parasit pada sistem pencernaan & juga pada hati ikan. Capillaria
diketahui kerap menyerang ikan Diskus (Symphysodon spp) & Angelfish
(Pterophyllum spp).
Gambar 7.
Tanda-tanda Penyakit:
Pada
infestasi ringan capillaria sering tdk menimbulkan gejala-gejala yg
berarti. Sedangkan pada infestasi berat biasanya ditandai dg gejala
"emaciation" atau badan kurus, kehilangan nafsu makan, mengeluarkan
kotoran berwarna putih & tipis, atau kotoran dg warna
berselang-seling antara gelap (hitam) & terang (putih).
Pada
ikan mati, kehadiran cacing ini dpt diketahui dg melakukan pembedahan
& pengamatan pada isi perut ikan tersebut. Capillaria pada umumnya
memilki panjang antara 0.5 sampai 2 cm dg diameter kurang lebih seukuran
dg rambut. Pada ikan hidup pengamatan dpt dilakukan pada kotoran ikan
dibawah mikroskop, dg mengamati telur Capillaria yg biasanya akan turut
serta terbawa kotoran ikan yg bersangkutan.
Kehadiran
Capillaria biasanya disebabkan oleh penularan dari ikan lain yg telah
terinfeksi sebelumnya. Capillaria tdk memerlukan inang tertentu,
sehingga infeksi hanya bisa dilakukan oleh ikan lain yg terinfeksi.
Pencegahan & Pengobatan:
Pengobatan dpt dilakukan dg menggunakan obat-obatan antihelmintic seperti Levamisol atau Piperazine.
Sedangkan pencegahan terhadap penularan dilakukan dg mengisolasi ikan
yg tertular dari ikan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari
penularan melalui kotoran yg dikeluarkan. Kotoran ikan yg terinfeksi
pada umumnya akan mengandung telur Capillaria dlm jumlah banyak sehingga
akan mudah menular ke ikan lainnya.
DROPSY
Pernahkah
anda menemukan ikan kesaygan anda berperut sangat buncit, padahal ikan
tersebut tdk sedang "hamil" atau bahkan berkelamin jantan, & bukan
pula kelompok ikan berperut buncit ??. Bila ditemukan gejala seperti itu
pada ikan anda & diyakini merupakan penyimpangan dari penampakan
normalnya, kemungkinan besar ikan tersebut terkena gejala dropsy.
Dropsy merupakan gejala dari suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri. Gejala dropsy ditandai dg terjadinya pembengkakan pada rongga tubuh ikan. Pembengkakan tersebut sering menyebabkan sirip ikan berdiri sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus.
Gambar 8.Dropsy pada Platty (kiri) & Cupang (kanan) . Tampak sisik yg berdiri (mengembang) sehingga menyerupai bentuk buah pinus.
Gambar 9. Dropsy tampak samping, menunjukkan perut membuncit sebagai akibat akumulasi cairan/lendir pada rongga perut.
Pembengkakan terjadi sebagai akibat berakumulasinya cairan, atau lendir dlm rongga tubuh. Gejala ini kerap disertai dg gejala malas bergerak, gangguan pernapasan, & atau warna kulit pucat kemerahan.
Gambar 10.
Akumulasi cairan selain akan menyisakan rongga yg "menganga" lebar,
juga akan menyebabkan organ dlm tubuh ikan tertekan. Bila gelembung
renang ikut tertekan dpt menyebabkan keseimbangan ikan terganggu (Photo:
W.Purwakusuma)
Penyebab
Merupakan akibat dari infeksi virus, bakteri aeromonas, myobakteri, atau parasit seperti Hexamita. Kondisi air akuarium yg tdk bagus (seperti akibat terjadinya akumulasi nitrogen) dpt memicu terjadinya gejala dropsy. Secara
alamiah bakteri penyebab dropsy kerap dijumpai dlm lingkungan akuarium,
tetapi biasanya dlm jumlah normal & terkendali. Perubahan bakteri ini menjadi patogen, bisa terjadi krn akibat masalah osmoregulator pada ikan, atau krn hal-hal seperti: kondisi lingkungan akuarium yg memburuk, menurunnya fungsi kekebalan tubuh ikan, malnutrisi atau krn faktor genetik.
Infeksi
utama biasanya terjadi melalui mulut, yaitu ikan secara sengaja atau
tdk memakan kotoran ikan lain yg terkontaminasi patogen atau akibat
kanibalisme terhadap ikan lain yg terinfeksi.
Tiga tingkatan penyakit yg mungkin terjadi adalah:
- akut: infeksi terjadi dg cepat sehingga ikan mati tanpa menunjukkan gejala yg jelas.
- kronis: infeksi terjadi secara perlahan secara sistemik & menujukkan berbagai gejala yaitu pembengkakan rongga tubuh, yg bisa disertai dg ulcer & atau exophthalmia.
- laten: infeksi terjadi sangat lemah sehingga ikan tampak tdk menunjukkan gejala penyakit, tetapi berpotensial sebagai pembawa (carrier).
Pencegahan & Pengobatan:
Pastikan bahwa akurium selalu dlm kondisi prima (optimal), & hindari jangan sampai ikan stres. Ikan yg sakit harus segera diisolasi & dirawat secara optimal. Perendaman secara kontinyu dlm jangka panjang dg anti bakteri internal dlm beberapa kasus bisa efektif. Meskipun demikian, apabila ikan tdk respon, pengobatan bisa dilakukan melalui pakan (dicampur dg pakan), sebagai contoh: Oxytetracycline
atau Chloramphenicol dpt diberikan dg dosis 55 mg/kg berat ikan
perhari, selama 10 hari; atau sulphamerazine dg dosis 265 mg/kg berat
badan selama tiga hari.
INFEKSI JAMUR
Infeksi
jamur biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegnia &
Achyla, yg biasanya hanya menyerang jaringan luar tubuh ikan yg rusak
sbg akibat luka atau penyakit lain. Namun ada juga yg menyerang bagian
dlm jaringan tubuh ikan. Jamur dpt pula menyerang telur ikan. Selain krn
luka, kehadiran jamur dpt pula dipicu oleh kondisi air akuarium yg
buruk, baik secara fisik maupun kimia. Ikan-ikan berusia tua sangat
rentan terhadap infeksi jamur. Banyaknya fungisida (obat anti jamur)
saat ini, cukup membantu mengatasi serangan jamur. Beberapa jamur yg
berbahaya antara lain:
SAPROLEGNIA
Saprolegnia
termasuk dlm genus jamur, kelas Oomycetes, dikenal juga sebagai "water
molds" dpt menyerang ikan & juga telur ikan. Jamur ini kerap dipakai
sbg nama umum untuk serangan jamur yg menyerupai kapas pada permukaan
tubuh ikan. Pada kenyataannya banyak genus dari Oomycetes yg dpt
menyebabkan infeksi jamur pada ikan, diantaranya adalah Achyla.
Saprolegnia
umumnya hidup di air tawar maupun air payau, bertumbuh pd suhu 0 - 35
°C, dg selang pertumbuhan optimal 15 - 30 °C. Umumnya Saprolegnia
menyerang bagian tubuh ikan yg terluka & lalu dpt pula menyebar pd
jaringan sehat lainnya. Serangan Saprolegnia sering berkaitan dg
buruknya kualitas air, seperti sirkulasi air & kadar oksigen
terlarut yg rendah, kadar amonia & kadar bahan organik tinggi.
Kehadiran Saproglegnia sering disertai dg infeksi bakteri Columnaris,
atau parasit eksternal lainnya
Tanda-tanda penyakit:
Kehadiran
Saprolegnia biasanya ditandai dg munculnya "benda" seperti kapas,
berwarna putih, terkadang dg kombinasi kelabu & coklat, pada kulit,
sirip, insang, mata atau telur ikan. Apabila anda sempat melihatnya di
bawah mikroskop maka akan tampak jamur ini seperti sebuah pohon yg
bercabang-cabang
Pencegahan & Perawatan:
Serangan Saprolegnia dpt dihindari dg menjaga akuarium & kualitas air selalu dlm kondisi optimal. Hindari
pemeliharaan ikan dg kepadatan tinggi utk mencegah terjadinya luka
& selalu menjaga ikan agar mendpt gizi yg memadai. Apabila gejala
awal ditemukan, segera perbaiki kualitas air akuarium & lakukan
koreksi yg diperlukan. Apabila kondisi serangan sudah parah, lakukan
pengobatan. Selain dg fungisida khusus ikan, perlakuan dg PK, formalin
& povidone iodine dpt pula mengobati serangan Saprolegnia.
BRANCHIOMYCOSIS
Branchiomyces
demigrans atau "Gill Rot (busuk insang)" disebabkan oleh jamur
Branchiomyces sanguinis & Branchiomyces demigrans . Spesies jamur
ini biasanya dijumpai pada ikan yg mengalami stres lingkungan, seperti
pH rendah (5.8 -6.5), kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yg
berlebih dlm akuarium, Branchiomyces sp.tumbuh pada temperatur 14 -
35°C , pertumbuhan optimal biasanya terjadi pada selang suhu 25 - 31°C.
Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yg terbawa air &
kotoran pada dasar akuarium.
Tanda-tanda Penyakit:
Branchiomyces
sanguinis& B. demigrans pada umumnya menyerang insang ikan. Ikan yg
terjangkit akan menunjukkan gejala bernafas dg tersengal-sengal
dipermukaan air & malas. Insang tampak mengeras & berwarna
pucat, khususnya pada daerah yg terjangkit. Pengamatan dibawah mikroskop
akan sangat membantu mengenali serangan jamur ini. Apabila bagian
jaringan yg terserang mati & lepas, maka spora jamur akan ikut
terbebas & masuk kedlm air shg akan memungkinkan untuk menyerang
ikan lainnya.
Pencegahan & Perawatan:
Usaha
pencegahan merupakan cara yg sgt disarankan utk mengontrol serangan
jamur ini. Pengelolaan lingkungan akuarium yg baik akan menciptakan
kondisi yg tdk disukai oleh jamur tersebut untuk tumbuh.
Apabila
penyakit telah terlanjur berjangkit, segera lakukan isolasi. Formalin
& Copper Sulfat diketahui dpt mencegah kematian akibat infekasi
Branchiomycosis. Akuarium yg terjangkit hendaknya segera dikuras, &
dikeringkan serta lakukakan tindakan sterilisasi. Apabila hal ini
menyerang ikan dlm kolam, keringkan kolam & berikan perlakuan dg
kalsium oksida.
ICTHYOPHONUS
Icthyophonus
disebabkan oleh jamur Icthyophonus hoferi merupakan jamur sistemik yg
dpt menginfeksi bagian organ tubuh ikan & menimbulkan gumpalan
(nodul) yg mirip seperti terjadi pada kasus TBC ikan. Jamur ini tumbuh
baik pada air tawar maupun air asin (laut). Meskipun demikian, biasanya
serangan jamur ini hanya akan terjadi pada air dingin 2 - 20° C.
Penyebaran Icthyophonus berlangsung melalu kista yg terbawa kotoran ikan
atau akibat kanibalisme terhadap ikan yg terjangkit
Tanda-tanda penyakit:
Sebaran
penyakit biasanya berlangsung melalui pencernaan, yaitu melalui spora
yg termakan. Oleh krn itu, ikan yg terserang ringan sampai sedang
biasanya tdk menunjukkan gejala penyakit. Pada kasus serangan berat,
kulit ikan tampak berubah kasar seperti amplas. Hal ini disebabkan
terjadinya infeksi dibagian bawah kulit & jaringan otot. Ikan dpt
pula menunjukkan gejala pembengkokan tulang. Bagian dlm ikan akan pada
umumnya tampak membengkak disertai dg luka-luka berwarna kelabu-putih.
Pencegahan & Perawatan:
Untuk
serangan jamur sistemik ini belum tersedia obat yg dijual secara
komersial, shg ikan biasanya akan menjadi carrier sepanjang hidupnya..
Meskipun demikian, perendaman dg Malachite Green diketahui dpt
menyembuhkan serangan jamur sistemik.
Pencegahan
adalah satu-satunya cara untuk menghindari serangan penyakit
Icthyophonus. Pencegahan dpt dilakukan dg tdk memberikan ikan mentah
atau produk ikan mentah pada ikan, kecuali diyakini bahwa pakan ini
terbebas dari Icthyophonus hoferi. Memasak terlebih dahulu pakan
tersebuti dpt membantu menghilangkan jamur infektif yg terkandung.
Apabila Icthyophonus ditemukan pada ikan anda, maka disarankan untuk
segera memusnahkan ikan tersebut. Selanjutnya lakukan sterilisasi pada
akuarium yg bersangkutan, termasuk filter & peralatan lainnya.
Apabila hal ini menyerang ikan dlm kolam, & kolam memiliki dasar
pasir atau lumpur maka akan diperlukan pengeringan kolam selama
berbulan-bulan untuk menghilangkan jamur tersebut.
Anti Jamur (Fungisida)
Berbagai
produk anti jamur untuk akurium relatif banyak ditemukan di toko-toko
akuarium. Pada umumnya produk ini merupakan produk untuk pengobatan dg
perlakuan perendaman dlm jangka panjang. Beberapa anti jamur tersebut
juga dpt digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan.
Beberapa anti jamur yg mengandung phenoxyethanold apat pula digunakan untuk mengobati infeksi bakteri eksternal.
Metil biru merupakan salah satu bahan kimia yg umum digunakan sebagai anti jamur. Selain itu, garam juga diketahui efektif dlm mengobati akibat serangan jamur. Gentian Violet diketahui sangat membantu dlm mengatasi serangan jamur melalui pengobatan lokal di daerah yg terinfeksi jamur ringan.
Penggunaan
anti jamur sebagai kuratif rutin, atau sebagai profilaktik sebaiknya
dihindarkan. Penggunaan anti jamur dlm jangka panjang & secara terus
menerus dpt menimbulkan efek yg berbahaya. Olah krn itu, penggunaan
anti jamur ini untuk hal-hal yg tdk perlu atau hal-hal yg sebenarnya dpt
dihindari sebaiknya tdk dilakukan.
KELAINAN GELEMBUNG RENANG
Gelembung
renang (swimbladder) adalah organ berbentuk kantung berisi udara yg
berfungsi untuk mengatur ikan mengapung di dlm air, sehingga ikan
tersebut tdk perlu berenang terus menerus untuk mempertahankan
posisinya. Organ ini hampir ditemui pada semua jenis ikan.
Beberapa
kelainan atau masalah dg gelembung renang, yg umum dijumpai, adalah
sebagai akibat dari luka dlm, terutama akibat berkelahi atau krn
kelainan bentuk tumbuh.
Beberapa
jenis ikan yg hidup di air deras seringkali memiliki gelembung renang
yg kecil atau bahkan hampir hilang sama sekali, krn dlm kondisi demikian
gelembung renang boleh dikatakan tdk ada fungsinya. Untuk ikan-ikan
jenis ini, kondisi gelembung renang demikian adalah normal & bukan
merupakan suatu gejala penyakit. Mereka biasanya hidup di dasar atau
menempel pada dekorasi atau benda-benda lain dlm akuarium.
Tanda-tanda penyakit:
Perilaku
berenang tdk normal & tampak kehilangan keseimbangan. Ikan tampak
kesulitan dlm menjaga posisinya dlm air. Kerusakan gelembung renang
menyebabkan organ ini tdk bisa mengembang & mengempis, sehingga
menyebabkan ikan mengapung dipermukaan atau tenggelam. Dlm beberapa
kasus ikan tampak berenang dg kepala atau ekor dibawah atau terapung
pada salah satu sisi tubuhnya, atau bahkan berenang terbalik.
Penyebab:
Penyebab
utamanya adalah infeksi bakteri sistemik. Beberapa spesies protozoa
& nematoda dpt pula menyebabkan kelainan tersebut khususnya pada
ikan-ikan yg hidup di air dingin, hal ini jarang terjadi pada
jenis-jenis ikan akuarium. Pada jenis ikan teritorial & agresif,
seperti cichlid, kelainan gelembung renang sering sekali krn rusak
sebagai akibat benturan berulang-ulang oleh musuhnya. Selain itu dpt
juga diakibatkan oleh
terjadinya tekanan pada organ tersebut sebagai akibat tumor, dropsy,
atau sembelit. Sering juga merupakan gejala dari berbagai penyakit lain
yg telah parah, atau akibat dari shock.
Gambar 11. Contoh kasus kelainan gelembung renang (swim bladder) pada ikan "red parrot", ikan berenang dg kepala di bawah
Pencegahan & Pengobatan:
Pemilihan
jenis ikan yg tepat dpt menghindarkan terjadinya kelainan ini, terutama
akibat berkelahi, khususnya dari jenis-jenis ikan agresif &
territorial. Menjaga akuarium selalu dlm kondisi bersih dpt mengurangi
peluang terjadinya infeksi bakteri sistemik. Apabila yakin kelainan
gelembung renang adalah akibat dari infeksi bakteri, maka penggunaan
antibiotik kadang-kadang bisa mengatasi masalah tersebut.
Memindahkan
ikan-ikan yg terjangkit pada wadah lain yg memiliki suhu lebih hangat
sampai dg 5° C (selama selang suhunya masih dlm batas toleransi ikan yg
bersangkutan) sering terbukti efektif, termasuk dlm mengatasi kerusakan.
Membiarkan ikan dlm air &gkal juga diketahui sangat membantu pemulihan.
Apabila
ikan mengalami masalah keseimbangan yg parah, & tdk menunjukkan
perbaikan setelah 3 hari dilakukan perlakuan, maka euthanasia mungkin
akan merupakan solusi yg baik dlm mengurangi penderitaan ikan tersebut.
KUTU JARUM
Kutu
jarum, atau kutu jangkar merupakan parasit ikan berukuran besar yg
kerap menyerang ikan. Kutu ini pada umumnya lebih sering menyerang ikan
yg dipelihara di kolam dibandingkan dg di akuarium. Disebut sebagai kutu
jarum krn penampilannya sepintas mirip sebuah jarum yg menancap pada
tubuh ikan terserang. Sedangkan disebut sebagai kutu jangkar, krn hewan
ini menancapkan kepalanya kedlm tubuh ikan dg menggunakan semacam
perangkat mirip jangkar. Meskipun disebut sebagai "kutu" hewan ini
sebenarnya tarmasuk dlm kelompok u&g-u&gan. Setdknya telah
dikenal 10 spesies dari kutu jarum, dari kesepuluh jenis ini Lernae
cyprinacea merupakan jenis yg biasa ditemukan, khususnya, di daerah
tropis seperti Indonesia.
Kutu
jarum mempunyai siklus hidup langsung tanpa inang perantara. Kutu
jantan & betina akan berpasangan pada permukaan tubuh ikan. Meskipun
demikian hanya kutu betina saja yg kemudian menjadi parasit. Kutu
jantan akan mati setelah mereka kawin. Kutu betina akan menancapkan
kepalanya kedlm jaringan tubuh ikan dg bantuan alat berbentuk jagnkar
sehingga dia bisa menempelkan dirinya dg ketat pada tubuh ikan yg
diinfeksinya. Hewan ini selanjutnya akan menyerap darah & memakan
bagian-bagian sel ikan.
Gambar 12. Lernae sp dg kantung telur
Dlm
perkembangannya kutu betina akan membentuk kantung telur (Gambar 1).
Kantung telur ini akan tampak menonjol dari tubuhnya membentuk huruf Y
atau T. Telur selanjutnya akan dilepas kedlm air, menetas disana, &
mengalami metamorfosis beberapa tahap sebagai hewan berenang &
sebagai parasit. Parasit dlm fase larva ini kerap menyerang insang ikan.
Tanda-Tanda Serangan:
Sebagai
ektoparasit berukuran besar, cacing jarum dewasa mudah dilihat dg mata
telanjang. Mereka menempel pada permukaan tubuh ikan. Ikan yg terserang
bisa menunjukkan gejala berenang kesana kemari dg cepat, atau
menggesek-gesekan tubuhnya pada benda-benda didlm akuarium dlm rangka
membebaskan tubuhnya dari kutu yg menempel, atau dari irititasi yg
ditimbulkan. Pada ikan besar, serangan ini bisa tdk berpengaruh, tapi
pada ikan kecil seperti guppy, kehadiran mereka bisa berakibat fatal
(Gambar 2.).
Serangan
oleh parasit pada fase larva, bila terjadi dlm jumlah besar, khususnya
pada insang, bisa menyebabkan ikan yg bersangkutan mengalami kesulitan
bernafas, kerusakan fungsi insang, & akhirnya menyebabkan kematian.
Parasit dlm fase larva ini tdk bisa dilihat dg mata telanjang, melainkan
harus dibantu dg pangamatan di bawah mikroskop. Meskipun demikian, bila
dijumpai beberapa kutu jarum dewasa melekat pada tubuh ikan,
kemungkinan besar serangan parasit pada fase larva mereka juga terjadi.
Pencegahan & Perlakuan:
Ikan
yg terserang kutu jarum disarankan agar diisolasi dari ikan lainnya.
Hal ini diperlukan untuk menghindari kutu jarum melepaskan telurnya
& menginfestasi ikan lain dlm akuarium tersebut. Kutu dewasa bisa
dilepaskan secara fisik dg bantuan pinset. Lakukan hal ini dg hati-hati
agar jangan sampai kepala kutu masih tertinggal dlm tubuh ikan. Kepala
kutu yg tertinggali bisa menjadi faktor penyebab infeksi sekunder
lainnya. Pelepasan secara fisik hanya direkomendasikan pada ikan
berukuran besar yg mampu menahan akibat dari proses pencabutan. Jangan
lakukan hal ini pada ikan berukuran kecil,
Gambar 13. Serangan kutu jarum pada guppy. (Dlm lingkaran kuning)
krn
bisa terjadi sebagian dari tubuh mereka ikut terbawa atau bahkan rusak
pada saat proses pencabutan (Gambar 3.). Luka yg tertinggal setelah
pencabutan perlu diberi antiseptik seperti merchurochrome untuk mencegah
infeksi sekunder.
Gambar 14. Pencabutan kutu jarum sering menyebabkan sebagian jaringan tubuh ikan terbawa
Perlakuan
dg perendaman dpt pula dilakukan untuk menghilangkan parasit pada fase
larva, sampai beberapa tahap juga efektif untuk cacing jarum dewasa.
Senyawa organofosfat diketahui efektif pada takaran 0.2 - 0.3 ppm. Bagi
anda yg kesulitan mendptkan senyawa organofosfat bisa menggunakan ABATE
sebagai salah satu alternatif.
Kutu
jarum masuk kedlm akuarium pada umumnya melalui pakan hidup yg berasal
dari hewan akuatik. Salah satu hewan yg diketahui dpt membawa parasit
ini adalah kodok. Untuk itu pastikan bahwa kodok yg akan dijadikan pakan
telah terbebas dari parasit ini. Hewan air lain yg ditangkap langsung
dari alam, juga beresiko membawa bibit parasit kutu jarum. Mengkarantina
pakan hidup tersebut dg baik sebelum diberikan pada ikan adalah cara yg
paling baik untuk menghindari terjadinya serangan parasit kutu jarum.
SEMBELIT (KONSTIPASI/ constipation)
Sembelit
merupakan gejala yg tdk jarang dijumpai pada ikan. Ciri utama ikan
sembelit adalah kehilangan nafsu makan, tdk bisa buang kotoran, &
malas (beridiam diri di dasar). Dlm kasus berat bisa disertai dg nafas
tersengal-sengal (megap-megap) & badan (perut) mengembung.
Penyebab:
Pada umumnya sembelit disebabkan oleh diet yg tdk tepat yg diberikan dlm jangka waktu lama.
Pencegahan & Pengobatan:
Puasakan
ikan selama beberapa hari, lalu rendam dg garam inggris. Naikkan suhu
secara perlahan (dlm selang toleransi ikan yg bersangkutan) untuk
meningkatkan metabolisme. Pada saat ikan tampak mulai bisa membuang
kotoran, beri makan pertama kali dg pakan yg mengandung serat tinggi.
Perbaiki/koreksi diet ikan untuk mencegah berulangnya gejala. Tambahkan pada diet suplemen pakan dg kandungan serat tinggi.
IKAN MATI MENDADAK
Salah
satu pengalaman yg paling buruk & sering membuat frustasi para
akuaris adalah apabila menjumpai ikan peiharaannya mati secara tiba-tiba
tanpa sebab yg jelas, & tanpa ada indikasi sakit atau masalah
lainnya. Apabila hal demikian terjadi, biasanya hampir tdk dpt
ditentukan dg pasti apa sebenarnya yg terjadi dg akuarium kita. Meskipun
demikian beberapa hal berikut ini dpt menjadi penyebab kejadian
tersebut.
Untuk
ikan laut, beberapa kasus menunjukkan bahwa kematian mendadak
berhubungan erat dg cara penangkapan yg dilakukan. Di beberapa tempat,
ikan hias laut ditangkap dg menggunakan cyanida. Cyanida merupakan racun
yg mempunyai efek tertunda. Kematian akibat penggunaan cyanida ini dpt
terjadi beberapa hari kemudian setelah ikan ditangkap. Sehingga bisa
terjadi ikan yg tampak sehat pada saat dibeli, tiba-tiba mati setelah
satu atau dua hari dlm akuarium. Oleh krn itu, sebelum membeli ikan hias
laut, carilah keterangan dimana ikan tersebut ditangkap & bagaimana
cara penangkapannya. Ikan yg ditangkap dg menggunakan cyanida cenderung
memiliki warna yg lebih intensif.
Kematian
mendadak dpt juga terjadi sebagai akibat stress yg dialami ikan,
terutama pada saat ditangkap & dikirim. Penanganan pada saat
penangkapan & transportasi yg buruk sering menjadi penyebab kematian
mendadak.
Ikan
baru sering pula membawa bibit penyakit sehingga dpt menyebabkan
terjadinya wabah penyakit tiba-tiba dlm akuarium yg semula dlm kondisi
sehat & terkontrol. Oleh krn itu, jangan lupa agar selalu
mengkarantinakan ikan baru seperlunya.
Sering
juga terjadi ikan mati mendadak krn kondisi air yg memburuk, meskipun
secara visual air tersebut tampak jernih. Sindrom akuarium baru,
misalnya, merupakan salah satu pembunuh ikan nomer satu. Dlm suatu
sistem akuarium yg belum stabil, penambahan seekor ikan saja dpt
menyebabkan ketdk seimbangan ekosistem yg drastis, sehingga dpt
menyebabkan kematian seluruh ikan pada akuarium tersebut.
Terdpt
kecenderungan bahwa para akuaris baru sering memberikan pakan dlm
jumlah berlebih. Kelebihan pakan akan meningkatkan pertumbuhan bakteri
pembusuk, sehingga dpt mengurangi kadar okigen, & menghasilkan bahan
"beracun" lain yg dpt berakibat fatal pada ikan. Apabila anda mendpti
ikan anda mati hari ini, padahal ikan tersebut baik-baik saja sehari
sebelumnya. Maka kemungkinan besar ikan tersebut mengalami keracunan
sebagai akibat kelebihan pakan.
Kematian
mendadak tanpa tanda-tanda penyakit dpt disebabkan sebenarnya oleh
penyakit atau parasit tertentu yg belum mencapai tahapan terdeteksi
secara visual. Kematian mendadak juga dpt terjadi sebagai akibat ikan
kelaparan. Selain itu, dpt pula terjadi sebagai akibat alamiah, yaitu
ikan tersebut telah mencapai batas akhir usianya. Apabila anda
memelihara ikan selama bertahun-tahun, kemudian mendpti ikan tersebut
mati tiba-tiba, padahal ikan tersebut dlm keadaan prima & tdk
menunjukkan gejala penyakit sebelumnya, kemungkinan besar ikan tersebut
mati secara alamiah.
Penanganan:
Apabila
anda mengalami kajadian ini, yg paling penting dilakukan adalah jangan
panik. Cek peralatan listrik, untuk mengetahui ada tdknya kebocoran
listrik. Segera singkirkan ikan yg mati. Apabila ada ikan lain didlmnya
yg masih hidup, cek perilaku & penampakan fisik lainnya, apakah
masih normal atau tdk. Kalau perlu pindahkan ikan tersebut ke dlm
akuarium terpisah. Periksa parameter air. Lakukan koreksi parameter air
apabila terjadi penyimpangan. Ikuti prosedur keracunan apabila ditemukan
indikasi keracunan. Apabila anda yakin tdk ada kalainan pada air. Anda
dpt memulai melakukan penanganan pada ikan yg tersisa. Tdk ada salahnya
anda lakukan otopsi pada ikan yg mati untuk melihat ada tdknya kelainan
pada bagian internal ikan.