Daftar penyakit ikan discus, dan ikan lainnya.



Daftar Penyakit Ikan Hias


ULCER
Ulcer merupakan pertanda terjadinya berbagai infeksi bakteri sistemik pada ikan. Biasanya ditandai dg munculnya borok/luka terbuka pada tubuh ikan. Sering pula borok ini disertai dg memerahnya pinggiran borok tersebut. Ulcer dpt memicu terjadinya infeksi sekunder terutama infeksi jamur, & dpt pula disertai dg gejala penyakit bacterial lainnya seperti kembung, dropsy, kurus, atau mata menonjol (pop eye).

Penyebab:
Nekrosis kulit, biasanya sebagai akibat terjadinya infeksi sistemik kronis yg diakibatkan oleh bakteri, terutama dari golongan aeromonas, pseudomonas, myobaker, & vibrio. Luka terbuka yg terjadi dpt menyebabkan ikan menjadi sangat lemah. Pada kasus yg sangat parah, dimana terjadi kerusakan kulit yg luas, dpt menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem pengaturan osmotik ikan, & dpt menyebabkan ikan menjadi sangat rentan terhadap infeksi sekunder.

.
Gambar 1. Gejala Umum Ulcer

Gambar 2 . Ulcer yg Disertai dg Serangan Jamur Saprolegnia

Stres, terutama sebagai akibat penanganan ikan yg kurang baik, atau akibat perubahan lingkungan, dpt menjadi pemicu terjadinya ulcer. Seperti diketahui stres kronis dpt menyebabkan ikan mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga menjadi lebih rentan terhadap penyakit

Pencegahan & Perawatan:
Untuk mencegah terjadinya ulcer, jaga agar ikan tdk mengalami stres berlebihan.
Apabila ulcer terjadi, hal yg perlu diperhatikan adalah mencoba menghilangkan penyebab ikan stres & coba perbaiki & tingkatkan kualitas air akuarium yg bersangkutan. Pada kasus yg parah, perendaman dlm garam untuk jangka panjang (selama beberapa hari) dg dosis 3-5 ppm dpt membantu memulihkan stres osmotik, sehingga diharapkan ikan dpt bertahan & mampu menurunkan resiko terjadinya infeksi jamur sekunder.
Ulcer ringan, sampai tahap tertentu, diketahui responsif terhadap perlakuan perendaman dg obat-obatan anti ulcer atau anti bakteri sistemik. Sedangkan pada kasus yg serius, biasanya diperlukan perlakuan dg anti biotik (seperti oxytetracycline) yg diberikan secara oral melalui pakan, melalui perendaman atau disuntikan.

LIMFOSISTIS
Limfosistis merupakan penyakit ikan yg disebabkan oleh sejenis virus. Penyakit ini dpt menyerang sejumlah besar ikan, akan tetapi serangannya biasanya terbatas pada jenis-jenis ikan yg telah mengalami evolusi lanjut, seperti keluarga cichlid. Penyakit ini tdk menyerang golongan cyprinid maupun catfish.
Hama penyakit ikan ini berasal dari nama kista berwarna putih yg menyertai serangan. Kista tersebut bisa dijumpai secara sendiri-sendiri (tunggal) ataupun bergerombol pada permukaan tubuh ikan. Dlm beberapa kasus kista-kista ini dpt bergabung membentuk struktur bertumpuk menyerupai bunga kol (Gambar 3).

Gambar 3. Limfosistis

Virus limfosistis pada dasarnya akan menyerang sel-sel ikan sehingga sel tersebut akan membesar 50 hingga 100000 kali dari ukuran normalnya. Pada saat infeksi berlangsung, sel-sel disekitar sel yg terinfeksi akan dpt pula terserang & membesar sehingga akan membentuk kumpulan sel-sel berukuran besar yg mengandung banyak virus & membentuk bintil berwarna putih.
Dlm waktu beberapa minggu atau bulan, bintil ini dpt mencapai ukuran 0.5 cm atau lebih. Kehadiran limfosistis akan sangat mengganggu tampilan ikan. Meskipun demikian, diketahui jarang mengancam kehidupan ikan & sering hilang dg sendirinya.

Tanda-tanda Penyakit:
Infeksi penyakit pada umumnya diawali dg munculnya bintil kecil berwarna putih, atau abu-abu atau kadang-kadang merah jambu. Muncul terutama pada bagian sirip. Tdk tertutup kemungkinan mereka muncul di bagian tubuh lainnya.


Gambar 4. Gejala Awal


Pada tahap serangan awal, penyakit ini sangat sering menyerupai serangan white spot. Bedanya linfosistis akan tumbuh membesar & jumlahnya tdk akan sebanyak white spot. Ikan yg terserang limfosistis hampir tdk pernah menunjukkan kesulitan bernapas, atau meluncur kesana-sini. Limfosistis dpt disertai dg kehilangan nafsu makan pada ikan yg bersangkutan sehingga tdk jarang menyebabkan ikan menjadi kurus.

Penyebab:
Penyakit limfosistis disebabkan oleh sejenis iridovirus (kelompok virus DNA). Virus ini memiliki ukuran 180-200 mikron sehingga cukup sulit untuk dilihat dg menggunakan mikroskop biasa.
Cara penyebarannya tdk diketahui dg pasti. Kemungkinan adalah dari "pecahan" bintil yg kemudian menyebabkan tersebarnya virus . Virus yg terbebas kemudian akan masuk & menghuni air selama beberapa hari & selanjutnya dpt memasuki tubuh ikan melalui kulit yg terluka. Infeksi melalui mulut juga diduga mungkin terjadi.
Stress & kondisi lingkungan yg buruk diketahui dpt menjadi pemicu serangan, atau memicu virus yg mungkin sebelumnya dorman dlm tubuh ikan.
Infeksi limfosistis sering menyerang ikan- ikan yg yg diberi pewarna artifisial. terutama pada famili Chandidae. Meskipun demikian, belum diketahui secara pasti apakah hal ini disebabkan oleh stress yg ditumbulkan pada saat injeksi dilakukan atau akibat kontaminan pada jarum suntik yg digunakan.:

Pencegahan & Penanganan:
Sejauh ini belum diketahui pengobatan yg tepat unuk mengatasi limfosistis. Meskipun demikian, penyakit ini dpt sembuh dg sendirinya & jarang berakibat fatal.
Ikan yg terserang harus diiolasi untuk mncegah terjadinya penularan, sampai penyakit tersebut hilang. Ikan yg terserang biasanya akan menajdi kebal sehingga tdk akan terinfeksi kembali. Ikan harus tetap dikarantina hingga sekitar 2 bulan setelah panyakit hilang dari ikan yg bersangkutan.
Operasi kecil bisa saja dilakukan. Akan tetapi biasanya tdk diperlukan sehingga tdk terlalu direkomendasikan, terutama akibat stress yg mungkin dialami oleh ikan yg bersangkutan akibat operasi tersebut. Kecuali apabila ukuran & posisi bintil tersebut sangat mengganggu aktifitas ikan yg terinfeksi.
Satu-satunya cara agar limfosists tdk sampai menyerang ikan adalah dg melakukan karantina yg memadai. Penyakit ini biasanya baru terlihat 10 hari hingga 2 bulan setelah infeksi. Meskipun demikian, karantina bagi limfosistis tdk perlu dilakukan pada ikan-ikan yg tdk dpt terserang seperti ikan dari famili Cyprinid. Ikan-ikan yg telah mengalami kontak dg ikan terinfeksi disarankan untuk dikarantina selama 2 bulan, sampai dipastikan bahwa infeksi tdk terjadi. .


ARGULUS
Argulus atau kutu ikan merupakan parasit ikan dari golongan udang-udangan keluarga Branchira.  Parasit ini masuk ke dlm akuarium biasanya melalu pakan hidup.  Diketahui ada sekitar 30 spesies Argulus. Dua diantaranya, yg erat kaitannya dg akuarium, adalah Argulus foliatus & Argulus japonicus
Sifat parasitik Argulus cenderung temporer.  Mereka mancari inangnya secara acak & dpt berpindah dg bebas pada tubuh ikan atau bahkan meninggalkannya.  Argulus diketahui dpt berahan selama beberapa  hari diluar tubuh ikan.  
Argulus menempel pada ikan dg menggunakan alat penghisap khusus.  Selanjutnya binatang ini akan menancapkan mulut jarumnya pada tubuh ikan untuk menyuntikan anti koagulan darah.  Baru kemudian parasit tersebut mengkonsumsi darah dari inangnya.
Argulus biasanya kawin dlm air terbuka. Argulus betina dpt menghasilkan 100 butir telur atau lebih yg ditempelkannya pada permukaan benda padat.  Telur akan menetas dlm waktu 25 hari. Masing-masing telur pada umumnya menetas pada waktu yg berbeda.  Larva Argulus dg ukuran 0.6 mm bersifat planktonik sebelum akhirnya menyerang ikan.  Larva ini akan berganti kulit selama 8 kali sebelum mencapai dewasa dg ukuran 3 - 3.5 mm. Hal ini berlangsung dlm waktu 5 minggu.
Tingkat serangan Argulus sangat tergantung pada ukuran ikan & jumlah individu parasit yg menyerang.  Meskipun demikian,  sering tdk menimbulkan ancaman kematian pada ikan yg bersangkutan.  Akan tetapi luka yg ditimbulkannya dpt  menjadi rentan fterhadap serangan jamur & bakteri. 
Pada serangan yg sangat parah ikan dpt kehilangan banyak darah, atau juga mengalami stres osmotik akibat luka-luka yg menganga sehingga tdk tertutup kemungkinan pada serangan yg sangat parah dpt menyebabkan kematian.  Argulus diketahui dpt pula menjadi vektor penyakit lainnya

Tanda-tanda Serangan:
Argulus melukai kulit dlm rangka mendptkan darah korbannya sehingga sering menimbulkan memar merah pada bekas "gigitannya".  Selain dg tanda ini, kehadiran parasit itu sendiri dpt mudah dilihat dg mata telanjang berupa mahluk transparan berbentuk bulat mendatar dg diameter 5 - 12 mm.  Sepasang bintik mata dpt dilihat dibagian kepalanya (Gambar 5).



Gambar 5 . Argulus pada sirip ikan


Gambar 6. Argulus Betina (kiri), & Jantan (kanan)

Ikan yg terjangkit akan menjadi gelisah, meluncur kesana kemari, atau terkadang melompat keluar dari permukaan air; serta menggosokan badannya pada dasar akuarium atau dekorasi & benda lainnya. Serangan yg parah bisa menyebabkan ikan manjadi malas, kehilangan nafsu makan, & warna berubah menjadi opak sebagai akibat produksi lendir yg berlebihan. 


Pencegahan & Pengobatan:
Senyawa organfosforus diketahui efektif dlm menghilangkan Argulus. Alternatif lain adalah dg perendaman jangka pendek dlm larutan standar formalin (37-47 %) sebanyak 0.125 mg/liter air selama satu jam atau dlm larutan kalium permanganat dg dosis 10 mg/liter selama 30 menit.  Lakukan aerasi selama proses perendaman dilakukan.
Apabila parasit hanya dijumpai dlm jumlah sedikit maka pengambilan secara fisik bisa dilakukan dg menggunakan pincet. Luka yg ditinggalkan selanjutnya dibubuhi antiseptik.  Cara ini akan efektif apabila kemudian ikan dipindahkan ke tempat lain yg bebas benih Argulus.  Krn tdk tertutup kemungkinan akuarium tempat ikan tersebut semula telah tercemar olah benih atau larva argulus.
Lakukan karantina pada pakan hidup yg diambil langsung dari alam untuk mencegah terjangkitnya akuarium oleh Argulus.   Begitu terhadap dekorasi berupa batu potongan kayu, atau tanaman yg diambil dari perairan bebas.

CAPILLARIA
Capillaria adalah nama jenis cacing dari genus nematoda. Cacing ini merupakan parasit pada sistem pencernaan & juga pada hati ikan. Capillaria diketahui kerap menyerang ikan Diskus (Symphysodon spp) & Angelfish (Pterophyllum spp).

Gambar 7. 

Tanda-tanda Penyakit:
Pada infestasi ringan capillaria sering tdk menimbulkan gejala-gejala yg berarti. Sedangkan pada infestasi berat biasanya ditandai dg gejala "emaciation" atau badan kurus, kehilangan nafsu makan, mengeluarkan kotoran berwarna putih & tipis, atau kotoran dg warna berselang-seling antara gelap (hitam) & terang (putih).
Pada ikan mati, kehadiran cacing ini dpt diketahui dg melakukan pembedahan & pengamatan pada isi perut ikan tersebut. Capillaria pada umumnya memilki panjang antara 0.5 sampai 2 cm dg diameter kurang lebih seukuran dg rambut. Pada ikan hidup pengamatan dpt dilakukan pada kotoran ikan dibawah mikroskop, dg mengamati telur Capillaria yg biasanya akan turut serta terbawa kotoran ikan yg bersangkutan.
Penyebab:
Kehadiran Capillaria biasanya disebabkan oleh penularan dari ikan lain yg telah terinfeksi sebelumnya. Capillaria tdk memerlukan inang tertentu, sehingga infeksi hanya bisa dilakukan oleh ikan lain yg terinfeksi.

Pencegahan & Pengobatan:
Pengobatan dpt dilakukan dg menggunakan obat-obatan antihelmintic seperti Levamisol atau Piperazine. Sedangkan pencegahan terhadap penularan dilakukan dg mengisolasi ikan yg tertular dari ikan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan melalui kotoran yg dikeluarkan. Kotoran ikan yg terinfeksi pada umumnya akan mengandung telur Capillaria dlm jumlah banyak sehingga akan mudah menular ke ikan lainnya.

DROPSY
Pernahkah anda menemukan ikan kesaygan anda berperut sangat buncit, padahal ikan tersebut tdk sedang "hamil" atau bahkan berkelamin jantan, & bukan pula kelompok ikan berperut buncit ??. Bila ditemukan gejala seperti itu pada ikan anda & diyakini merupakan penyimpangan dari penampakan normalnya, kemungkinan besar ikan tersebut terkena gejala dropsy.
Dropsy merupakan gejala dari suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri.  Gejala dropsy ditandai dg terjadinya pembengkakan pada rongga tubuh ikan.  Pembengkakan tersebut sering menyebabkan sirip ikan berdiri sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus.


Gambar 8.Dropsy pada Platty (kiri) & Cupang (kanan) . Tampak sisik yg berdiri (mengembang) sehingga menyerupai bentuk buah pinus.


Gambar 9. Dropsy tampak samping, menunjukkan perut membuncit sebagai akibat akumulasi cairan/lendir pada rongga perut.

Pembengkakan terjadi sebagai akibat berakumulasinya cairan, atau lendir dlm rongga tubuh.  Gejala ini kerap disertai dg gejala malas bergerak, gangguan pernapasan, & atau warna kulit pucat kemerahan.


Gambar 10. Akumulasi cairan selain akan menyisakan rongga yg "menganga" lebar, juga akan menyebabkan organ dlm tubuh ikan tertekan. Bila gelembung renang ikut tertekan dpt menyebabkan keseimbangan ikan terganggu (Photo: W.Purwakusuma)

Penyebab
Merupakan akibat dari infeksi virus, bakteri aeromonas, myobakteri, atau parasit seperti Hexamita.  Kondisi air akuarium yg tdk bagus (seperti akibat terjadinya akumulasi nitrogen) dpt memicu terjadinya gejala dropsy.  Secara alamiah bakteri penyebab dropsy kerap dijumpai dlm lingkungan akuarium, tetapi biasanya dlm jumlah normal & terkendali.  Perubahan bakteri ini menjadi patogen, bisa terjadi krn akibat masalah  osmoregulator pada ikan, atau krn hal-hal seperti: kondisi lingkungan akuarium yg memburuk,  menurunnya fungsi kekebalan tubuh ikan, malnutrisi atau krn faktor genetik.
Infeksi utama biasanya terjadi melalui mulut, yaitu ikan secara sengaja atau tdk memakan kotoran ikan lain yg terkontaminasi patogen atau akibat kanibalisme terhadap ikan lain yg terinfeksi.
Tiga tingkatan penyakit yg mungkin terjadi adalah:
  1. akut: infeksi terjadi dg cepat sehingga ikan mati tanpa menunjukkan gejala yg jelas.
  2. kronis: infeksi terjadi secara perlahan secara sistemik & menujukkan berbagai gejala yaitu pembengkakan rongga tubuh, yg bisa disertai dg ulcer & atau exophthalmia.
  3. laten: infeksi terjadi sangat lemah sehingga ikan tampak tdk menunjukkan gejala penyakit, tetapi berpotensial sebagai pembawa (carrier).

Pencegahan & Pengobatan:
Pastikan bahwa akurium selalu dlm kondisi prima (optimal), & hindari jangan sampai ikan stres.  Ikan yg sakit harus segera diisolasi & dirawat secara optimal.  Perendaman secara kontinyu dlm jangka panjang dg anti bakteri internal dlm beberapa kasus bisa efektif.  Meskipun demikian, apabila ikan tdk respon, pengobatan bisa dilakukan melalui pakan (dicampur dg pakan), sebagai contoh: Oxytetracycline atau Chloramphenicol dpt diberikan dg dosis 55 mg/kg berat ikan perhari, selama 10 hari; atau sulphamerazine dg dosis 265 mg/kg berat badan selama tiga hari.


INFEKSI JAMUR
Infeksi jamur biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegnia & Achyla, yg biasanya hanya menyerang jaringan luar tubuh ikan yg rusak sbg akibat luka atau penyakit lain. Namun ada juga yg menyerang bagian dlm jaringan tubuh ikan. Jamur dpt pula menyerang telur ikan. Selain krn luka, kehadiran jamur dpt pula dipicu oleh kondisi air akuarium yg buruk, baik secara fisik maupun kimia. Ikan-ikan berusia tua sangat rentan terhadap infeksi jamur. Banyaknya fungisida (obat anti jamur) saat ini, cukup membantu mengatasi serangan jamur. Beberapa jamur yg berbahaya antara lain:

SAPROLEGNIA
Saprolegnia termasuk dlm genus jamur, kelas Oomycetes, dikenal juga sebagai "water molds" dpt menyerang ikan & juga telur ikan. Jamur ini kerap dipakai sbg nama umum untuk serangan jamur yg menyerupai kapas pada permukaan tubuh ikan. Pada kenyataannya banyak genus dari Oomycetes yg dpt menyebabkan infeksi jamur pada ikan, diantaranya adalah Achyla.
Saprolegnia umumnya hidup di air tawar maupun air payau, bertumbuh pd suhu 0 - 35 °C, dg selang pertumbuhan optimal 15 - 30 °C. Umumnya Saprolegnia menyerang bagian tubuh ikan yg terluka & lalu dpt pula menyebar pd jaringan sehat lainnya. Serangan Saprolegnia sering berkaitan dg buruknya kualitas air, seperti sirkulasi air & kadar oksigen terlarut yg rendah, kadar amonia & kadar bahan organik tinggi. Kehadiran Saproglegnia sering disertai dg infeksi bakteri Columnaris, atau parasit eksternal lainnya

Tanda-tanda penyakit:
Kehadiran Saprolegnia biasanya ditandai dg munculnya "benda" seperti kapas, berwarna putih, terkadang dg kombinasi kelabu & coklat, pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan. Apabila anda sempat melihatnya di bawah mikroskop maka akan tampak jamur ini seperti sebuah pohon yg bercabang-cabang

Pencegahan & Perawatan:
Serangan Saprolegnia dpt dihindari dg menjaga akuarium & kualitas air selalu dlm kondisi optimal.  Hindari pemeliharaan ikan dg kepadatan tinggi utk mencegah terjadinya luka & selalu menjaga ikan agar mendpt gizi yg memadai. Apabila gejala awal ditemukan, segera perbaiki kualitas air akuarium & lakukan koreksi yg diperlukan. Apabila kondisi serangan sudah parah, lakukan pengobatan. Selain dg fungisida khusus ikan, perlakuan dg PK, formalin & povidone iodine dpt pula mengobati serangan Saprolegnia.


BRANCHIOMYCOSIS
Branchiomyces demigrans atau "Gill Rot (busuk insang)" disebabkan oleh jamur Branchiomyces sanguinis & Branchiomyces demigrans . Spesies jamur ini biasanya dijumpai pada ikan yg mengalami stres lingkungan, seperti pH rendah (5.8 -6.5), kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yg berlebih dlm akuarium, Branchiomyces sp.tumbuh pada temperatur 14 - 35°C , pertumbuhan optimal biasanya terjadi pada selang suhu 25 - 31°C. Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yg terbawa air & kotoran pada dasar akuarium.

Tanda-tanda Penyakit:
Branchiomyces sanguinis& B. demigrans pada umumnya menyerang insang ikan. Ikan yg terjangkit akan menunjukkan gejala bernafas dg tersengal-sengal dipermukaan air & malas. Insang tampak mengeras & berwarna pucat, khususnya pada daerah yg terjangkit. Pengamatan dibawah mikroskop akan sangat membantu mengenali serangan jamur ini. Apabila bagian jaringan yg terserang mati & lepas, maka spora jamur akan ikut terbebas & masuk kedlm air shg akan memungkinkan untuk menyerang ikan lainnya.

Pencegahan & Perawatan:
Usaha pencegahan merupakan cara yg sgt disarankan utk mengontrol serangan jamur ini. Pengelolaan lingkungan akuarium yg baik akan menciptakan kondisi yg tdk disukai oleh jamur tersebut untuk tumbuh.

Apabila penyakit telah terlanjur berjangkit, segera lakukan isolasi. Formalin & Copper Sulfat diketahui dpt mencegah kematian akibat infekasi Branchiomycosis. Akuarium yg terjangkit hendaknya segera dikuras, & dikeringkan serta lakukakan tindakan sterilisasi. Apabila hal ini menyerang ikan dlm kolam, keringkan kolam & berikan perlakuan dg kalsium oksida.


ICTHYOPHONUS
Icthyophonus disebabkan oleh jamur Icthyophonus hoferi merupakan jamur sistemik yg dpt menginfeksi bagian organ tubuh ikan & menimbulkan gumpalan (nodul) yg mirip seperti terjadi pada kasus TBC ikan. Jamur ini tumbuh baik pada air tawar maupun air asin (laut). Meskipun demikian, biasanya serangan jamur ini hanya akan terjadi pada air dingin 2 - 20° C. Penyebaran Icthyophonus berlangsung melalu kista yg terbawa kotoran ikan atau akibat kanibalisme terhadap ikan yg terjangkit

Tanda-tanda penyakit:
Sebaran penyakit biasanya berlangsung melalui pencernaan, yaitu melalui spora yg termakan. Oleh krn itu, ikan yg terserang ringan sampai sedang biasanya tdk menunjukkan gejala penyakit. Pada kasus serangan berat, kulit ikan tampak berubah kasar seperti amplas. Hal ini disebabkan terjadinya infeksi dibagian bawah kulit & jaringan otot. Ikan dpt pula menunjukkan gejala pembengkokan tulang. Bagian dlm ikan akan pada umumnya tampak membengkak disertai dg luka-luka berwarna kelabu-putih.

Pencegahan & Perawatan:
Untuk serangan jamur sistemik ini belum tersedia obat yg dijual secara komersial, shg ikan biasanya akan menjadi carrier sepanjang hidupnya.. Meskipun demikian, perendaman dg Malachite Green diketahui dpt menyembuhkan serangan jamur sistemik.
Pencegahan adalah satu-satunya cara untuk menghindari serangan penyakit Icthyophonus. Pencegahan dpt dilakukan dg tdk memberikan ikan mentah atau produk ikan mentah pada ikan, kecuali diyakini bahwa pakan ini terbebas dari Icthyophonus hoferi. Memasak terlebih dahulu pakan tersebuti dpt membantu menghilangkan jamur infektif yg terkandung. Apabila Icthyophonus ditemukan pada ikan anda, maka disarankan untuk segera memusnahkan ikan tersebut. Selanjutnya lakukan sterilisasi pada akuarium yg bersangkutan, termasuk filter & peralatan lainnya. Apabila hal ini menyerang ikan dlm kolam, & kolam memiliki dasar pasir atau lumpur maka akan diperlukan pengeringan kolam selama berbulan-bulan untuk menghilangkan jamur tersebut.

Anti Jamur (Fungisida)
Berbagai produk anti jamur untuk akurium relatif banyak ditemukan di toko-toko akuarium. Pada umumnya produk ini merupakan produk untuk pengobatan dg perlakuan perendaman dlm jangka panjang. Beberapa anti jamur tersebut juga dpt digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan. Beberapa anti jamur yg mengandung phenoxyethanold apat pula digunakan untuk mengobati infeksi bakteri eksternal.
Metil biru merupakan salah satu bahan kimia yg umum digunakan sebagai anti jamur. Selain itu, garam juga diketahui efektif dlm mengobati akibat serangan jamur. Gentian Violet diketahui sangat membantu dlm mengatasi serangan jamur melalui pengobatan lokal di daerah yg terinfeksi jamur ringan.
Penggunaan anti jamur sebagai kuratif rutin, atau sebagai profilaktik sebaiknya dihindarkan. Penggunaan anti jamur dlm jangka panjang & secara terus menerus dpt menimbulkan efek yg berbahaya. Olah krn itu, penggunaan anti jamur ini untuk hal-hal yg tdk perlu atau hal-hal yg sebenarnya dpt dihindari sebaiknya tdk dilakukan.


KELAINAN GELEMBUNG RENANG
Gelembung renang (swimbladder) adalah organ berbentuk kantung berisi udara yg berfungsi untuk mengatur ikan mengapung di dlm air, sehingga ikan tersebut tdk perlu berenang terus menerus untuk mempertahankan posisinya. Organ ini hampir ditemui pada semua jenis ikan.
Beberapa kelainan atau masalah dg gelembung renang, yg umum dijumpai, adalah sebagai akibat dari luka dlm, terutama akibat berkelahi atau krn kelainan bentuk tumbuh.
Beberapa jenis ikan yg hidup di air deras seringkali memiliki gelembung renang yg kecil atau bahkan hampir hilang sama sekali, krn dlm kondisi demikian gelembung renang boleh dikatakan tdk ada fungsinya. Untuk ikan-ikan jenis ini, kondisi gelembung renang demikian adalah normal & bukan merupakan suatu gejala penyakit. Mereka biasanya hidup di dasar atau menempel pada dekorasi atau benda-benda lain dlm akuarium.

Tanda-tanda penyakit:
Perilaku berenang tdk normal & tampak kehilangan keseimbangan. Ikan tampak kesulitan dlm menjaga posisinya dlm air. Kerusakan gelembung renang menyebabkan organ ini tdk bisa mengembang & mengempis, sehingga menyebabkan ikan mengapung dipermukaan atau tenggelam. Dlm beberapa kasus ikan tampak berenang dg kepala atau ekor dibawah atau terapung pada salah satu sisi tubuhnya, atau bahkan berenang terbalik.

Penyebab:
Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri sistemik. Beberapa spesies protozoa & nematoda dpt pula menyebabkan kelainan tersebut khususnya pada ikan-ikan yg hidup di air dingin, hal ini jarang terjadi pada jenis-jenis ikan akuarium. Pada jenis ikan teritorial & agresif, seperti cichlid, kelainan gelembung renang sering sekali krn rusak sebagai akibat benturan berulang-ulang oleh musuhnya. Selain itu dpt juga  diakibatkan oleh terjadinya tekanan pada organ tersebut sebagai akibat tumor, dropsy, atau sembelit. Sering juga merupakan gejala dari berbagai penyakit lain yg telah parah, atau akibat dari shock.


Gambar 11. Contoh kasus kelainan gelembung renang (swim bladder) pada ikan "red parrot", ikan berenang dg kepala di bawah


Pencegahan & Pengobatan:
Pemilihan jenis ikan yg tepat dpt menghindarkan terjadinya kelainan ini, terutama akibat berkelahi, khususnya dari jenis-jenis ikan agresif & territorial. Menjaga akuarium selalu dlm kondisi bersih dpt mengurangi peluang terjadinya infeksi bakteri sistemik. Apabila yakin kelainan gelembung renang adalah akibat dari infeksi bakteri, maka penggunaan antibiotik kadang-kadang bisa mengatasi masalah tersebut.
Memindahkan ikan-ikan yg terjangkit pada wadah lain yg memiliki suhu lebih hangat sampai dg 5° C (selama selang suhunya masih dlm batas toleransi ikan yg bersangkutan) sering terbukti efektif, termasuk dlm mengatasi kerusakan. Membiarkan ikan dlm air &gkal juga diketahui sangat membantu pemulihan.
Apabila ikan mengalami masalah keseimbangan yg parah, & tdk menunjukkan perbaikan setelah 3 hari dilakukan perlakuan, maka euthanasia mungkin akan merupakan solusi yg baik dlm mengurangi penderitaan ikan tersebut.

KUTU JARUM
Kutu jarum, atau kutu jangkar merupakan parasit ikan berukuran besar yg kerap menyerang ikan. Kutu ini pada umumnya lebih sering menyerang ikan yg dipelihara di kolam dibandingkan dg di akuarium. Disebut sebagai kutu jarum krn penampilannya sepintas mirip sebuah jarum yg menancap pada tubuh ikan terserang. Sedangkan disebut sebagai kutu jangkar, krn hewan ini menancapkan kepalanya kedlm tubuh ikan dg menggunakan semacam perangkat mirip jangkar. Meskipun disebut sebagai "kutu" hewan ini sebenarnya tarmasuk dlm kelompok u&g-u&gan. Setdknya telah dikenal 10 spesies dari kutu jarum, dari kesepuluh jenis ini Lernae cyprinacea merupakan jenis yg biasa ditemukan, khususnya, di daerah tropis seperti Indonesia.
Kutu jarum mempunyai siklus hidup langsung tanpa inang perantara. Kutu jantan & betina akan berpasangan pada permukaan tubuh ikan. Meskipun demikian hanya kutu betina saja yg kemudian menjadi parasit. Kutu jantan akan mati setelah mereka kawin. Kutu betina akan menancapkan kepalanya kedlm jaringan tubuh ikan dg bantuan alat berbentuk jagnkar sehingga dia bisa menempelkan dirinya dg ketat pada tubuh ikan yg diinfeksinya. Hewan ini selanjutnya akan menyerap darah & memakan bagian-bagian sel ikan.



Gambar 12. Lernae sp dg kantung telur

Dlm perkembangannya kutu betina akan membentuk kantung telur (Gambar 1). Kantung telur ini akan tampak menonjol dari tubuhnya membentuk huruf Y atau T. Telur selanjutnya akan dilepas kedlm air, menetas disana, & mengalami metamorfosis beberapa tahap sebagai hewan berenang & sebagai parasit. Parasit dlm fase larva ini kerap menyerang insang ikan.

Tanda-Tanda Serangan:
Sebagai ektoparasit berukuran besar, cacing jarum dewasa mudah dilihat dg mata telanjang. Mereka menempel pada permukaan tubuh ikan. Ikan yg terserang bisa menunjukkan gejala berenang kesana kemari dg cepat, atau menggesek-gesekan tubuhnya pada benda-benda didlm akuarium dlm rangka membebaskan tubuhnya dari kutu yg menempel, atau dari irititasi yg ditimbulkan. Pada ikan besar, serangan ini bisa tdk berpengaruh, tapi pada ikan kecil seperti guppy, kehadiran mereka bisa berakibat fatal (Gambar 2.).
Serangan oleh parasit pada fase larva, bila terjadi dlm jumlah besar, khususnya pada insang, bisa menyebabkan ikan yg bersangkutan mengalami kesulitan bernafas, kerusakan fungsi insang, & akhirnya menyebabkan kematian. Parasit dlm fase larva ini tdk bisa dilihat dg mata telanjang, melainkan harus dibantu dg pangamatan di bawah mikroskop. Meskipun demikian, bila dijumpai beberapa kutu jarum dewasa melekat pada tubuh ikan, kemungkinan besar serangan parasit pada fase larva mereka juga terjadi.

Pencegahan & Perlakuan:
Ikan yg terserang kutu jarum disarankan agar diisolasi dari ikan lainnya. Hal ini diperlukan untuk menghindari kutu jarum melepaskan telurnya & menginfestasi ikan lain dlm akuarium tersebut. Kutu dewasa bisa dilepaskan secara fisik dg bantuan pinset. Lakukan hal ini dg hati-hati agar jangan sampai kepala kutu masih tertinggal dlm tubuh ikan. Kepala kutu yg tertinggali bisa menjadi faktor penyebab infeksi sekunder lainnya. Pelepasan secara fisik hanya direkomendasikan pada ikan berukuran besar yg mampu menahan akibat dari proses pencabutan. Jangan lakukan hal ini pada ikan berukuran kecil,


Gambar 13. Serangan kutu jarum pada guppy. (Dlm lingkaran kuning)

krn bisa terjadi sebagian dari tubuh mereka ikut terbawa atau bahkan rusak pada saat proses pencabutan (Gambar 3.). Luka yg tertinggal setelah pencabutan perlu diberi antiseptik seperti merchurochrome untuk mencegah infeksi sekunder.

   

Gambar 14. Pencabutan kutu jarum sering menyebabkan sebagian jaringan tubuh ikan terbawa

Perlakuan dg perendaman dpt pula dilakukan untuk menghilangkan parasit pada fase larva, sampai beberapa tahap juga efektif untuk cacing jarum dewasa. Senyawa organofosfat diketahui efektif pada takaran 0.2 - 0.3 ppm. Bagi anda yg kesulitan mendptkan senyawa organofosfat bisa menggunakan ABATE sebagai salah satu alternatif.
Kutu jarum masuk kedlm akuarium pada umumnya melalui pakan hidup yg berasal dari hewan akuatik. Salah satu hewan yg diketahui dpt membawa parasit ini adalah kodok. Untuk itu pastikan bahwa kodok yg akan dijadikan pakan telah terbebas dari parasit ini. Hewan air lain yg ditangkap langsung dari alam, juga beresiko membawa bibit parasit kutu jarum. Mengkarantina pakan hidup tersebut dg baik sebelum diberikan pada ikan adalah cara yg paling baik untuk menghindari terjadinya serangan parasit kutu jarum.

SEMBELIT (KONSTIPASI/ constipation)
Sembelit merupakan gejala yg tdk jarang dijumpai pada ikan. Ciri utama ikan sembelit adalah kehilangan nafsu makan, tdk bisa buang kotoran, & malas (beridiam diri di dasar). Dlm kasus berat bisa disertai dg nafas tersengal-sengal (megap-megap) & badan (perut) mengembung.

Penyebab:
Pada umumnya sembelit disebabkan oleh diet yg tdk tepat yg diberikan dlm jangka waktu lama.

Pencegahan & Pengobatan:
Puasakan ikan selama beberapa hari, lalu rendam dg garam inggris. Naikkan suhu secara perlahan (dlm selang toleransi ikan yg bersangkutan) untuk meningkatkan metabolisme. Pada saat ikan tampak mulai bisa membuang kotoran, beri makan pertama kali dg pakan yg mengandung serat tinggi.
Perbaiki/koreksi diet ikan untuk mencegah berulangnya gejala. Tambahkan pada diet suplemen pakan dg kandungan serat tinggi.

IKAN MATI MENDADAK
Salah satu pengalaman yg paling buruk & sering membuat frustasi para akuaris adalah apabila menjumpai ikan peiharaannya mati secara tiba-tiba tanpa sebab yg jelas, & tanpa ada indikasi sakit atau masalah lainnya. Apabila hal demikian terjadi, biasanya hampir tdk dpt ditentukan dg pasti apa sebenarnya yg terjadi dg akuarium kita. Meskipun demikian beberapa hal berikut ini dpt menjadi penyebab kejadian tersebut.
Untuk ikan laut, beberapa kasus menunjukkan bahwa kematian mendadak berhubungan erat dg cara penangkapan yg dilakukan. Di beberapa tempat, ikan hias laut ditangkap dg menggunakan cyanida. Cyanida merupakan racun yg mempunyai efek tertunda. Kematian akibat penggunaan cyanida ini dpt terjadi beberapa hari kemudian setelah ikan ditangkap. Sehingga bisa terjadi ikan yg tampak sehat pada saat dibeli, tiba-tiba mati setelah satu atau dua hari dlm akuarium. Oleh krn itu, sebelum membeli ikan hias laut, carilah keterangan dimana ikan tersebut ditangkap & bagaimana cara penangkapannya. Ikan yg ditangkap dg menggunakan cyanida cenderung memiliki warna yg lebih intensif.
Kematian mendadak dpt juga terjadi sebagai akibat stress yg dialami ikan, terutama pada saat ditangkap & dikirim. Penanganan pada saat penangkapan & transportasi yg buruk sering menjadi penyebab kematian mendadak.
Ikan baru sering pula membawa bibit penyakit sehingga dpt menyebabkan terjadinya wabah penyakit tiba-tiba dlm akuarium yg semula dlm kondisi sehat & terkontrol. Oleh krn itu, jangan lupa agar selalu mengkarantinakan ikan baru seperlunya.
Sering juga terjadi ikan mati mendadak krn kondisi air yg memburuk, meskipun secara visual air tersebut tampak jernih. Sindrom akuarium baru, misalnya, merupakan salah satu pembunuh ikan nomer satu. Dlm suatu sistem akuarium yg belum stabil, penambahan seekor ikan saja dpt menyebabkan ketdk seimbangan ekosistem yg drastis, sehingga dpt menyebabkan kematian seluruh ikan pada akuarium tersebut.
Terdpt kecenderungan bahwa para akuaris baru sering memberikan pakan dlm jumlah berlebih. Kelebihan pakan akan meningkatkan pertumbuhan bakteri pembusuk, sehingga dpt mengurangi kadar okigen, & menghasilkan bahan "beracun" lain yg dpt berakibat fatal pada ikan. Apabila anda mendpti ikan anda mati hari ini, padahal ikan tersebut baik-baik saja sehari sebelumnya. Maka kemungkinan besar ikan tersebut mengalami keracunan sebagai akibat kelebihan pakan.
Kematian mendadak tanpa tanda-tanda penyakit dpt disebabkan sebenarnya oleh penyakit atau parasit tertentu yg belum mencapai tahapan terdeteksi secara visual. Kematian mendadak juga dpt terjadi sebagai akibat ikan kelaparan. Selain itu, dpt pula terjadi sebagai akibat alamiah, yaitu ikan tersebut telah mencapai batas akhir usianya. Apabila anda memelihara ikan selama bertahun-tahun, kemudian mendpti ikan tersebut mati tiba-tiba, padahal ikan tersebut dlm keadaan prima & tdk menunjukkan gejala penyakit sebelumnya, kemungkinan besar ikan tersebut mati secara alamiah.

 Penanganan:
Apabila anda mengalami kajadian ini, yg paling penting dilakukan adalah jangan panik. Cek peralatan listrik, untuk mengetahui ada tdknya kebocoran listrik. Segera singkirkan ikan yg mati. Apabila ada ikan lain didlmnya yg masih hidup, cek perilaku & penampakan fisik lainnya, apakah masih normal atau tdk. Kalau perlu pindahkan ikan tersebut ke dlm akuarium terpisah. Periksa parameter air. Lakukan koreksi parameter air apabila terjadi penyimpangan. Ikuti prosedur keracunan apabila ditemukan indikasi keracunan. Apabila anda yakin tdk ada kalainan pada air. Anda dpt memulai melakukan penanganan pada ikan yg tersisa. Tdk ada salahnya anda lakukan otopsi pada ikan yg mati untuk melihat ada tdknya kelainan pada bagian internal ikan.
Comments
0 Comments

Post a Comment

 
Copyright © 2017. Discus - Design: Mas Dedi